Pengungsi Rohingya Ini Ingin Jadi Ahli Komputer

Reporter

Jumat, 29 Mei 2015 09:37 WIB

Puluhan pengungsi etnis Rohinya antre makanan di tempat penampungan sementara di Kuala Langsa, Aceh, 25 Mei 2015. Ribuan etnis Rohingya mengungsi ke Indonesia, Malaysia, dan Thailand. AP/Binsar Bakkara

TEMPO.CO, Aceh Timur - Muhammad Salim mengeluarkan kartu berwarna hijau seukuran KTP dari dalam dompet cokelatnya. Di bagian atas kartu tertera lambang United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Di bawahnya sederet data pribadi Salim yang salah satunya menyatakan dirinya kelahiran 1992. "Ini kartu tanda penghuni refugee camp UNHCR di Bangladesh," kata Salim di lokasi pengungsian di Desa Bayeun, Rantau Selamat, Aceh Timur, Jumat, 29 Mei 2015.

Salim dilahirkan di camp tersebut. Kedua orang tuanya yang beretnis Rohingya harus meninggalkan negara kelahiran mereka, Myanmar, pada 1992 karena mendapat ancaman dari kelompok Buddha setempat. Setiap hari, cerita Salim, umat muslim dibantai oleh kelompok Buddha dan negara tak melakukan apa-apa. "My country needs no muslim," ujar dia. "Kami harus keluar."

Tumbuh besar di camp pengungsian, lelaki bertubuh kecil dan berjambang tipis itu mengatakan segala kepenuhannya terpenuhi walau pas-pasan. Penghuni camp harus berbaris setiap hari untuk menerima makanan. Segala kebutuhan sehari-hari juga harus dijatah karena penghuni camp yang cukup banyak.

Situs resmi UNHCR mencatat ada 29 ribu pengungsi Rohingya yang ditempatkan di camp Bangladesh. Mereka tak diperbolehkan bekerja di luar area camp. Kondisi camp yang telah berdiri selama puluhan tahun itu pun sudah semakin rusak.

Salim memperoleh pendidikan hingga setara kelas 5 SD di tempat pengungsian. Di sana pula Salim belajar bahasa Inggris dari staf UNHCR dan non-government organization lainnya. Karena itu, ia bisa menceritakan kisahnya kembali pada Tempo dalam kalimat-kalimat yang cukup dapat dimengerti.

Ayah Salim kini sudah meninggal. Ibu dan lima orang saudaranya masih menetap di camp. Salim memutuskan pergi. "Saya sudah 23 tahun, ingin belajar dan melihat dunia."

Terdampar di Indonesia bukanlah pilihannya. Walaupun berterima kasih atas kebaikan warga Aceh, Salim ingin secepatnya angkat kaki dari Indonesia. Dia mengatakan perekonomian Indonesia masih belum maju, terbukti dari rendahnya nilai tukar uang. "Jagung ini harganya Rp 20 ribu di sini," kata dia sambil menunjuk jagung rebus yang dibelinya dari pedagang di pinggir jalan lintas Medan-Banda Aceh. "Sementara dengan uang Malaysia hanya dua ringgit."

Cita-cita Salim adalah menetap di negara adigdaya seperti Amerika Serikat, Kanada, atau Kuwait. Dia ingin mempelajari ilmu komputer dan menjadi ahli di bidang itu. Setelah sukses, dia ingin kembali ke tempat pengungsi di Bangladesh. "Saya akan menjemput keluarga saya dan membahagiakan mereka," ujarnya.

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

27 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.

Baca Selengkapnya

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya

Baca Selengkapnya

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.

Baca Selengkapnya

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.

Baca Selengkapnya

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.

Baca Selengkapnya

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya

Baca Selengkapnya