TEMPO.CO, Malang -- Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror kembali menangkap terduga pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Kota Malang. Setelah menangkap Helmi Alamudin dan Abdul Hakim Munabari, tim Densus 88 menangkap Ahmad Junaedi, 38 tahun, sekitar pukul 19.00 WIB, Rabu, 25 Maret 2015. Warga Tirtoyudo Kabupaten Malang ini ditangkap di Jalan Kyai Parseh Jaya, Kelurahan Bumiayu, Kedungkandang, Kota Malang.
"Dua polisi menghadang dan menangkapnya," salah satu saksi mata, Mukti. Junaedi disergap usai pulang dari rumah saudaranya tak jauh dari lokasi penyergapan. Sedangkan Junaedi menyewa sebuah rumah di Jalan Wortel Kelurahan Bumiayu Malang. Saat disergap, Junaedi tengah mengendarai sepeda motor Yamaja Jupiter. Saat keluar gang, katanya, anggota Densus 88 berpakaian preman menghadang dan memborgolnya.
Lantas sejumlah polisi lainnya membantu menggelandangnya ke dalam sebuah mobil MPV. Ia tak menyangka jika Junaedi yang dikenalnya sebagai juragan bakso di Bumiayu merupakan jaringan ISIS. Mukti tak terlalu dekat atau mengenal Junaedi sejak menyewa rumah tak jauh dari lokasi penggerebekan.
Pengintaian Junaedi diperkirakan dilakukan sejak lama. Berdasarkan pengakuan ketua RT setempat, Mashudi mengaku pernah didatangi petugas Kepolisian lima bulan lalu. Polisi tersebut menunjukkan sejumlah foto, salah satunya foto Junaedi. "Ada banyak foto, hanya Junaedi yang saya kenal," katanya.
Dalam foto tersebut, Junaedi tengah mengendarai sepeda motor sambil mengenakan masker. Namun, Mashudi mengenal Junaedi dengan melihat wajah dan bentuk badannya. Sedangkan sebelum penangkapan maupun sesudah penangkapan Rabu malam, Mashudi tak mendapat kabar.
Abdul Hakim Munabari dan Helmi Alamudin, yang telah ditangkap terlebih dulu, merupakan binaan Salim Mubarok Attamimi alias Abu Jandal Al Yemeni Al Indunusi. Keduanya aktif mengikuti pengajian dan diskusi keagamaan yang dipimpin Salim. Pria keturunan Yaman ini menjadi radikal sejak pengagum Amir Jamaah Ansarul Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir, ini bertemu sejumlah pengikut Islam garis keras. Mereka lalu rutin melakukan pengajian dengan berpindah-pindah tempat.