Tersangka Pembunuh Tari Ingin Beli Kaki Palsu buat Sang Ayah
Editor
Bobby Chandra
Senin, 23 Maret 2015 03:59 WIB
TEMPO.CO, Pontianak - Tim gabungan Kepolisian Resor Kota Pontianak dan Kepolisian Daerah Kalimantan Barat akhirnya membekuk Suhardi alias Rudi, tersangka pembunuh Tari Arizona, Minggu malam, 22 Maret 2015. Rudi dibekuk tim pemburu di belantara hutan di sekitar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Rudi ternyata karyawan tempat usaha pencucian motor milik Jaka Suryana, paman Tari. Jaka membenarkan bahwa Rudi karyawan yang baru dia pekerjakan pada 25 Februari 2015, atau sekitar dua pekan sebelum Tari ditemukan tewas mengenaskan di rumahnya, Jalan Tani Makmur, Pontianak Selatan, pada Rabu, 11 Maret 2015.
"Sebelum diterima bekerja, saya catat dulu identitasnya," kata Jaka di kediamannya di Jalan Dr. Sutomo, Kotabaru Pontianak, kepada Tempo yang menemuinya, beberapa waktu lalu. Menurut Jaka, Rudi memberi identitas sebagai warga Ketapang, yang tinggal di Kampung Padang.
Kepada Jaka, Rudi mengaku menumpang di rumah Ali, anggota polisi yang berpangkat brigadir kepala. Menurut Jaka, tidak ada hubungan kekeluargaan antara Ali dan Rudi. "Pak Ali itu hanya menampung Rudi atas dasar kemanusiaan saja," ucap Jaka. Ali sendiri belum dapat dikonfirmasi perihal Rudi.
Jaka menjelaskan, Rudi mengklaim niatnya merantau ke Pontianak untuk mencari uang guna membeli kaki palsu bagi ayahnya. "Induk semangnya ternyata tak mengenal langsung Rudi. Rudi berniat mencari uang untuk membeli kaki palsu ayahnya," ujar Jaka. Jaka mengira hal ini yang menjadi dasar Ali bersedia menampung Rudi.
<!--more-->
Jaka menyatakan, dia sendiri tidak pernah menginformasikan bahwa Tari adalah keponakannya. Kecuali, pada karyawan-karyawannya. Jaka pun mengklaim tidak pernah melihat Tari berbicara akrab dengan karyawan, terlebih dengan Rudi. Kepada Jaka, Rudi mengaku tidak mempunyai telepon seluler.
Menurut Jaka, saat ia menanyakan orang terdekat Rudi yang bisa dihubungi, Rudi menyebutkan sebuah nama. "Namun Rudi menyatakan kontaknya tersebut tidak mempunyai nomor telepon seluler," ucap Jaka.
Jaka menjelaskan, Rudi kerap kali berangkat kerja ke usaha pencucian motornya menggunakan motor milik Ali, Honda Scoopy baru warna merah. Jaka menuturkan, sehari sebelum Tari ditemukan tewas, ia datang ke tempat pencucian motor milik Jaka dengan mengenakan pakaian dinas serta jaket ungu miliknya.
Tanpa turun dari Yamaha Mio-nya, kata Jaka, Tari meminta Rudi membonceng di belakang. Tari membawa Rudi pulang ke rumahnya, lantas Rudi membawa motor itu lagi untuk dicuci. Setelah dicuci, Tari menyuruh Rudi mengantarkan Yamaha Mio itu ke rumahnya. Rekan kerja Rudi, Yono, mengaku melihat Rudid datang sendiri dengan motor Tari, usai mengantar ke rumahnya.
Rudi lantas mulai mencuci motor Tari. Sejam kemudian motor Tari kelar dibersihkan. Rudi pamit mengantarkan motor tersebut. "Itu saat terakhir rekan kerjanya melihat Rudi. Dia bahkan tidak pulang lagi ke tempat kerja. Hal ini saya membuat saya dan istri khawatir, dan mencoba menghubungi Tari berkali-kali, tapi tidak tersambung," kata Jaka.
Rudi, kata Jaka, pergi mengantarkan motor Tari masih menggunakan celana selutut serta baju kaos, seragamnya bekerja. Akibat kejadian ini banyak spekulasi yang berkembang. Dia bahkan tak luput dari tudingan. "Bisnis jadi sepi. Tadinya saya masih kurang karyawan. Tapi saya stop mencari karyawan, peristiwa ini mengguncang kami sekeluarga," kata Jaka.
ASEANTY PAHLEVI