Bocah Suriah menangis saat polisi mencari tas mereka setelah menyeberangi perbatasan Suriah dan Turki di Suruc, Sanliurfa, Turki, 23 September 2014. Badan pengungsi PBB mengatakan, sekitar 400.000 orang melarikan diri ke Turki dari wilayah Kurdi Suriah untuk menghindari serangan ISIS. AFP/Bulent KILIC
TEMPO.CO,Surabaya - Keluarga Salim At-Tamimi, satu di antara 16 warga Indonesia yang dikabarkan hilang di Turki dan dikhawatirkan bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menunggu pemberitahuan resmi dari pemerintah tentang perkembangan terbaru ihwal keberadaan Salim.
Keluarga Salim menyatakan tahu dari pemberitaan media bahwa ke-16 warga Indonesia itu ditahan petugas keamanan Turki setelah kedapatan hendak menyeberang ke Suriah.
"Baru tahu dari media tadi pagi, tapi belum ada (pemberitahuan) dari pemerintah," kata Aminah At-Tamimi, bibi Salim, ketika ditemui di rumahnya di Jalan Kalimas Hilir, Surabaya, Kamis, 12 Maret 2015. Dia menambahkan, "Alhamdulillah kalau sudah ketemu."
Menurut Aminah, keluarga sangat mengharap kepulangan Salim. Apalagi, kata dia, ibu dan nenek Salim sangat syok mendengar pemuda 28 tahun yang menjadi lelaki satu-satunya dalam keluarga itu dinyatakan hilang di Turki dan disebut-sebut akan bergabung dengan ISIS. "Ayah Salim sudah meninggal beberapa waktu lalu. Salim anak bungsu dari tiga bersaudara," katanya.
Aminah mengatakan Salim memang sering menginap di rumah saudara atau temannya. Salim yang disebutnya bekerja di sebuah perusahaan kontraktor itu juga sering menghabiskan waktu untuk mendaki gunung dan menyalurkan hobi fotografi sehingga kerap membawa tas ransel berisi pakaian.
Pada akhir Februari lalu, Salim tidak berkirim kabar selama beberapa hari. "Tahu-tahu dikabari kalau hilang di Turki."
Aminah berharap pemerintah segera memproses kepulangan Salim sekaligus menjamin keamanannya ketika berada di rumah. Keluarga khawatir, saat telah pulang, Salim akan mendapat intimidasi atau diskriminasi dari masyarakat karena disebut-sebut bergabung dengan ISIS.
Salim dan 15 orang lain bertolak ke Turki dari Jakarta pada 24 Februari lalu. Mereka menumpang biro perjalanan lalu pamit memisahkan diri setibanya di Turki. Belakangan mereka menolak bergabung lagi dengan rombongan dan hilang kontak hingga akhirnya ditinggal pulang anggota rombongan lain.