Pada Zaman Belanda, Korupsi Merata dari Atas Hingga Bawah

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 11 Maret 2015 19:34 WIB

Massa yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi, melakukan aksi Satu Padu Lawan Koruptor (SAPU Koruptor), depan Gedung KPK, Jakarta, 16 Februari 2015. Mereka meminta pemerintah menghentikan seluruh proses kriminalisasi komisioner KPK. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penjelasan mengenai korupsi sistemik bisa memakai cara beragam, bergantung pada disiplin keilmuan. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Pujo Semedi Hargo Yuwono, menunjukkan cara penjelasan dari kaca mata antropologi. "Kalau Antropolog caranya dengan mendongeng," kata Pujo saat berbicara dalam Seminar Nasional "Kajian Strategi Nasional Penanggulangan Korupsi" di Grha Sabha Pramana UGM.

Dia merujuk laporan arsip di masa kolonial mengenai korupsi di dalam perusahaan milik negara dalam sektor perkebunan di Jawa dan Kalimantan. Pencurian kekayaan perusahan milik pemerintah kolonial itu dilakukan oleh pegawai di semua level.

Laporan arsip pemerintah kolonial menyebutkan kuli pribumi sering membongkar tanah di lahan milik perusahaan yang baru dipupuk. Mereka mengeruk tanah itu dan membawanya pulang untuk penyubur lahan kebun atau sawah milik pribadi. Adapun kuli panen meletakkan hasil panenan di bawah guyuran hujan agar memperberat timbangan sehingga upah atas pekerjaannya bertambah.

Pegawai level mandor kerap mempekerjakan kuli hantu. Mereka memasukkan banyak nama kuli ke dalam laporan pengeluaran gaji meskipun faktanya tidak ada. Sedang pengawas mandor terbiasa menggelembungkan nilai belanja perusahaan.

Di level manajer, nilai pencurian kekayaan perusahaan lebih besar. Manajer memperbesar dana belanja yang sudah digelembungkan pengawas. Pemasukannya juga bertambah dari suap yang dikutip dari banyak rekanan perusahaan. "Kabeh nyolong (semua mencuri)," ujar Pujo.

Pujo mengatakan, pada tahun 1884 perusahaan itu membeli 1000 meter kubik kotoran kerbau untuk bahan pupuk dengan harga 30 sen per meter kubik. Tapi, proyek ini dihentikan karena harga pupuk kemahalan dan berkualitas buruk. "Buruk sebab mandor berkongsi dengan peternak mecampurkan rumput dan sampah dedaunan di kotoran kerbau," kata dia.

Pujo menilai korupsi menjamur di segala lini karena perlawanan pegawai rendahan terhadap anarki kekuasaan oleh pimpinan perusahaan. “Ketika semua orang korupsi, indikasinya pimpinan melonggarkan sistem dan bawahan mendiamkan korupsi atasan,” ujarnya.

Pada tahun 1800-an itu, gaji manajer perusahaan yang merupakan warga Belanda, mencapai 400 gulden per-bulan. Untuk tunjangan pindahan rumah bagi seorang manajer 1000 gulden. "Padahal, harga satu ekor kerbau saat itu ialah 10 gulden," kata dia.

Gaji mandor, yang umumnya warga pribumi, hanya 20 gulden per bulan. Upah kuli lebih rendah lagi, yakni 1 gulden 4 sen setiap bulan, atau setara harga empat meter kubik kotoran kerbau. "Banyak mandor punya rumah mewah meski bergaji rendah, tapi semua orang mendiamkan," kata Pujo.

Dia menyimpulkan lembaga produksi kemakmuran milik publik mudah menjadi sarang korupsi ketika ada sistem hak istimewa yang menciptakan jurang perbedaan antara lapisan atas dan bawah. "Jawaban untuk masalah korupsi ialah, jangan pelihara sistem pemberian hak-hak istimewa," kata Pujo.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

59 hari lalu

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

Kerja sama melibatkan sejumlah fakultas di UGM.

Baca Selengkapnya

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

18 Januari 2024

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

Sebanyak 907 dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada atau UGM menerima penghargaan kesetiaan dan purnabakti.

Baca Selengkapnya

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

29 Desember 2023

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wening Udasmoro, menegaskan UGM telah memiliki sikap dan posisi yang tegas terkait hal itu.

Baca Selengkapnya

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

11 Oktober 2023

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

Wakil Ketua Pusat Halal UGM Nanung Danar Dono menyebut informasi yang beredar di media sosial terkait peredaran beras plastik adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

Tim Bimasakti Racing Team UGM Kembangkan Mobil Formula Hybrid

25 Januari 2023

Tim Bimasakti Racing Team UGM Kembangkan Mobil Formula Hybrid

Tim Bimasakti Racing Team Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dilaporkan telah memulai riset teknologi hybrid untuk mobil formula.

Baca Selengkapnya

Puluhan Mahasiswa UGM Terima Beasiswa Freeport

5 Oktober 2022

Puluhan Mahasiswa UGM Terima Beasiswa Freeport

50 mahasiswa UGM menerima beasiswa untuk satu semester sebesar Rp 5 juta dan 10 mahasiswa asal Papua menerima beasiswa biaya kuliah hingga lulus,

Baca Selengkapnya

Tongkat Pintar Untuk Lansia dan Tunanetra Karya Mahasiswa UGM

16 September 2022

Tongkat Pintar Untuk Lansia dan Tunanetra Karya Mahasiswa UGM

pengembangan tongkat pintar UGM bermula dari keinginan tim menciptakan alat sederhana dengan banyak fungsi untuk memudahkan lansia dan tunanetra.

Baca Selengkapnya

Pengamat Teknologi Informasi UGM Sebut Aktivitas Bjorka Hacktivism, Apa Itu?

14 September 2022

Pengamat Teknologi Informasi UGM Sebut Aktivitas Bjorka Hacktivism, Apa Itu?

Pakar Teknologi Informasi UGM menilai apa yang dilakukan Bjorka sinyal kritik pemerintah untuk bebenah diri.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Ciptakan Robot Pendeteksi Kekeroposan Pohon

13 September 2022

Mahasiswa UGM Ciptakan Robot Pendeteksi Kekeroposan Pohon

ekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan prototipe alat pendeteksi kekeroposan pada pohon yang diberi nama G-Ber.

Baca Selengkapnya

Buka Toko Kelontong Sejak Mahasiswa, Granita Alumnus UGM Raup Omset Rp 380 Juta per Bulan

2 September 2022

Buka Toko Kelontong Sejak Mahasiswa, Granita Alumnus UGM Raup Omset Rp 380 Juta per Bulan

Simak kisah Granita, alumnus UGM yang membuka toko kelontong hingga omset puluhan juta.

Baca Selengkapnya