TEMPO Interaktif, Manado: Sidang putusan gugatan PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) kepada Direktur Perkumpulan Kelola Rignolda Jamaluddin berakhir ricuh, Selasa (2/8). Ratusan orang pendukung Rignolda melempari majelis hakim dengan telur busuk dan cat, setelah majelis hakim memenuhi sebagian tuntutan Newmont. "Ini tidak adil," teriak mereka yang memenuhi ruangan sidang di Pengadilan Negeri (PN) Manado, Sulawesi Utara.Telur busuk serta cat warna hitam dan merah memenuhi meja majelis hakim, lantai, dan dinding ruangan. Pembatas kursi pengunjung dan persidangan juga rusak dirangsek massa.Tiga orang hakim yang menyidangkan perkara ini, yakni Erna Watuseja (hakim ketua), Maxi Sigarlaki, dan Lenny Watti, segera dilarikan polisi dan pegawai pengadilan.Para majelis hakim kemudian diloloskan keluar PN Manado dengan kawalan polisi. Sedangkan massa pendukung Rignolda melanjutkan aksinya dengan berorasi di luar ruangan. "Kita akan maju terus berjuang. Tapi kami minta agar semua tenang dan tidak melakukan aksi anarkis," kata Jull Takaliuang, mencoba menenangkan massa.Dalam sidang putusan, hakim mengabulkan sebagian gugatan dari PT. NMR, yakni harus membayar ganti rugi sebesar US $ 750 ribu. Tergugat juga diminta memasang iklan permohonan maaf di televisi dengan durasi 30 detik selama 3 hari serta setengah halaman di sejumlah media cetak. Bila terlambat sehari memasang iklan, harus membayar Rp. 5 juta.Rignolda dituduh telah mengeluarkan pernyataan tentang gejala penyakit Minamata di sejumlah media cetak dan elektronik. Bukti yang dibawa ke pengadilan antara lain, pernyataan Rignolda di Kompas, edisi 20 Juli 2004, dan Sinar Harapan, edisi 21 Juli 2004. Akibat kericuhan ini, beberapa persidangan di PN Manado dibatalkan. "Kami menyesali tindakan ini. Bila ada perusakan akan kami proses secara hukum," kata Ketua PN Manado, Juliana Wullur. Ahmad Alheid