Sejumlah warga Tionghoa menyaksikan puing-puing sisa kebakaran Klenteng Liong Hok Bio kota Magelang, Jateng, 16 Juli 2014. Kebakaran menghanguskan bangunan cagar budaya Klenteng Liong Hok Bio pada Rabu dini hari, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. ANTARA/Anis Efizudin
TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan kembali Klenteng Hoo Tong Bio di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, diperkirakan membutuhkan biaya hingga Rp 2,2 miliar. Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma Hoo Tong Bio, Susana Indriyati, menargetkan pembangunan klenteng yang terbakar 2014 lalu itu selesai dalam dua tahun. "Kemungkinan awal 2017 nanti selesai," kata Susana, Senin, 12 Januari 2015. (Baca: Pemerintah Bangun Kembali Klenteng Hoo Tong Bio)
Susana menjelaskan tahapan yang akan membutuhkan waktu lama adalah pemberian ornamen pada bangunan. Seperti ornamen naga, ikan, kepiting, burung phoenix, dan bunga teratai. Ornamen-ornamen tersebut sangat penting karena menyangkut kepercayaan tradisional bangsa Cina.
Saat ini, pembangunan klenteng yang dimulai November 2014 lalu baru mencapai 30 persen. Menurut Susana, arsitektur klenteng seluas 1.000 meter persegi tersebut dibangun mirip sebelumnya. Hanya, bangunan klenteng baru ini dibuat setinggi 9 meter, sementara bangunan lama cuma 4 meter.
Ketua Pembangunan Klenteng Hoo Tong Bio, Agus Sudirman, mengatakan dana pembangunan seluruhnya berasal dari sumbangan umat. Pengurus belum mendapatkan bantuan dari pemerintah Banyuwangi seperti yang dijanjikan sebelumnya. Saat ini dana yang terkumpul baru sekitar Rp 1 miliar. "Bantuan umat ini dari seluruh Indonesia," kata Agus.
Klenteng Hoo Tong Bio adalah bangunan bersejarah tertua di Banyuwangi yang berusia 200 tahun. Klenteng ini dibangun oleh komunitas Tionghoa yang menghuni Blambangan pada 1784. Kebakaran pada Jumat, 13 Juni 2014, membuat seluruh bangunan klenteng tak bersisa. (Baca: Saksi Kunci Kebakaran Klenteng Tewas Misterius)