Seorang apria menghiasi pohon dengan peluru gas air mata dan granat kejut jelang perayaan Natal di Gereja Al Mahd, Bethlehem, West Bank, 23 Desember 2014. Muhesen Amren/Anadolu Agency/Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai tenaga kerja Indonesia di Malaysia, Yus, begitu lajang yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga kedai buah di Pasar Induk Selayang, mempunyai cerita menarik. Sejak dua tahun yang lalu, Yus menjadi pelayan di gereja St Antonius yang terletak di Jalan Pudu, Kuala Lumpur.
Setiap minggu, Yus bersama kawannya yang juga asal Flores menyiapkan altar dan keperluan ibadah. Yus juga membantu petugas gereja lainnya mengumpulkan donasi dari umat. (Baca: Ketua PBNU Said Agil Siradj Ucapkan Selamat Natal)
"Senang rasanya dipercaya menjadi pelayan gereja," kata Yus saat diminta mengungkapkan perasaannya yang tetap menjadi tenaga relawan di gereja itu. "Ini lagi menyiapkan altar untuk persiapan misa Natal besok."
Selama lima tahun bekerja di Malaysia, Yus mengaku belum pernah sekali pun pulang kampung ke Flores. Karena itu, Yus mengaku juga merindukan suasana Natal di kampung halamannya. "Rindu juga merayakan Natal di kampung halaman. Biasanya kami makan-makan dan bermain bersama kawan dan keluarga." (Baca: Pengamanan Natal, Lokasi Ini Jadi Fokus Polisi)
Ini, menurut Yus, berbeda dengan perayaan Natal di Kuala Lumpur. "Kalau di sini, setelah misa biasanya ada acara makan. Setelah itu pulang ke rumah masing masing."
Yus berharap bisa merasakan kembali kehangatan Natal di kampung halaman. "Nanti, jika sudah punya duit yang cukup, ingin juga merasakan suasana Natal di kampung halaman kembali."