Patroli Laut, TNI AL Gelagapan Kurang Bahan Bakar

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 20 Desember 2014 05:12 WIB

Seorang TNI AL berjaga saat ditenggelamkannya Kapal Ikan berbendera Vietnam di Perairan Tarempa, Anambas, Kepulauan Riau, 5 Desember 2014. Penenggelaman kapal ini sesuai dengan instruksi Presiden, Jokowi untuk menindak tegas kapal ikan asing yang mencuri ikan di Indonesia. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut memandang pemecahan persoalan Indonesia dalam bidang maritim dan kelautan tidak sederhana. "Nonsense kalau hanya oleh TNI AL saja, harus secara komprehensif," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Manahan Simorangkir saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Desember 2014. (Menteri Susi Tangkap 9 Kapal Cina di Arafuru)

TNI AL menghadapi kondisi bahan bakar serta armada yang terbatas dalam menjalankan tygas-tugasnya. Ada tiga tugas yang melekat. Pertama, tugas militer, melalui penegakan kedaulatan. Kedua, tugas diplomasi dalam mem-back up pemerintah dan menjalankan latihan bersama negara lain. Ketiga, penegakan hukum. (Menteri Susi Minta Jokowi Tangkap 13 Kapal Asing)

Pemerintah membiayai operasional TNI AL melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Namun, tidak ada tambahan maupun anggaran khusus yang dialokasikan menyusul komitmen pemerintah untuk menangkap maupun menenggelamkan kapal yang melakukan pelanggaran.TNI AL menghadapi tantangan mendasar dalam menjalankan patroli. "Kekurangan bahan bakar," kata Manahan.

Kondisi ini sulit disiasati. Sebagai konsekuensi, kapal-kapal patroli membuang jangkar sambil menunggu informasi, tidak lagi berlayar memutari laut. Manahan menyebut kebutuhan bahan bakar setiap tipe kapal berbeda. (Menteri Susi Lindungi Kapal Vietnam dari Badai)

Ia memberi gambaran. Ada kapal yang membutuhkan 15 ton bahan bakar setiap jam. Sehingga, untuk bisa berpatroli 24 jam dalam satu hari, diperlukan 300 ton bahan bakar untuk satu kapal. "Memang tidak murah," ujar Manahan tanpa merinci detil anggaran yang dikucurkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk bahan bakar kapal.

Saat ini, TNI AL baru mendapat dukungan 30-40 persen untuk total kebutuhan bahan bakar. TNI AL selalu mengajukan kuantum atau kuota kebutuhan bahan bakar kapal. Namun, yang diberikan negara adalah anggaran dalam rupiah. "Sehingga kalau harga naik, dolar naik, bahan bakar juga berubah," kata Manahan. (Lukisan 'Susi Duyung' Ramai di Media Sosial )

Selain persoalan bahan bakar, jumlah armada menjadi persoalan lain. TNI AL membutuhkan lebih banyak kapal untuk berpatroli se-Indonesia, meski bukan selalu harus membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista). "Idealnya sekitar 300-400 kapal," kata Manahan.

Ia menjelaskan, TNI AL memiliki konsep deployment atau pengiriman alutsista, termasuk kapal. Skema yang berlaku adalah 30:30:30, atau masing-masing sepertiga untuk operasional, stand by atau berjaga-jaga, dan menjalankan pemeliharaan.

"Dengan jumlah kapal sekitar 157-160, yang ada di lapangan sekitar 60-70 kapal," ucap Manahan. Sebanyak 50 kapal menjadi stand by force dan selebihnya masuk proses pemeliharaan. Selain kapal-kapal itu, TNI masih memiliki kapal lain di Pangkalan Angkatan Laut (Lanal). Namun kapal yang tersedia di lanal hanya bisa beroperasi dalam jarak pendek, yaitu di wilayah laut yang aman dari ombak. ( Lagi, Menteri Susi Bidik 13 Kapal Asing Ilegal)

Padahal, wilayah perairan Indonesia sangat luas. Manahan menggambarkan luasnya wilayah Indonesia seperti Eropa atau sepanjang East Coasr hingga West Coast Amerika. Ada sejumlah konsep yang bisa digunakan untuk menentukan banyaknya kapal yang dibutuhkan."Apakah dengan membandingkan luas wilayah, atau ancaman yang ada," kata Manahan.

Tidak mudah bagi TNI AL menjaga wilayah perairan Indonesia. Sampai saat ini koordinasi dilakukan TNI AL dengan pemerintah termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan, kepolisian, Badan Keamanan Laut (Bakamla) serta masyarakat. Meski demikian, koordinasi ini dalam praktiknya bukanlah hal sederhana. Manahan menuturkan, daya deteksi, kemampuan teknologi informasi serta informasi intelijen harus ditingkatkan.

MARIA YUNIAR

Baca berita lainnya:
Dihujat FPI Soal Natal, Jokowi Dibela Ketua NU

Soal Natal, FPI Anggap Presiden Jokowi Murtad

Pilot Dimaki Dhani, Garuda: Baru Pertama Terjadi

Ketua PBNU: Ucapan 'Selamat Natal' Tak Haram

Berita terkait

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

39 hari lalu

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

40 hari lalu

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

40 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

25 Februari 2024

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

Sejak penerapan sanksi administratif di sektor kelautan dan perikanan, KKP menyebut kebijakan tersebut mampu meningkatkan efek jera.

Baca Selengkapnya

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

18 Februari 2024

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

Berita terkini bisnis pada siang ini dimulai dari Susi Pudjiastuti yang mengingatkan soal program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

18 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

8 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menolak keras rencana pemerintah membuka kembali keran ekspor benih lobster atau benur.

Baca Selengkapnya

Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Begini Kondisinya Saat Ini

6 Februari 2024

Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Begini Kondisinya Saat Ini

TPNPB-OPM menyatakan belum melepaskan pilot Susi Air lantaran pemerintah Indonesia dan pemerintah Selandia Baru belum mau berbicara dengan mereka.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Bantah akan Bebaskan Pilot Susi Air Besok

6 Februari 2024

TPNPB-OPM Bantah akan Bebaskan Pilot Susi Air Besok

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) membantah akan membebaskan pilot Susi Air besok

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Yonvitner Jadi Guru Besar IPB, Paparkan Potensi Kerugian Sumber Daya Pesisir akibat Perubahan Iklim

27 Januari 2024

Pengukuhan Yonvitner Jadi Guru Besar IPB, Paparkan Potensi Kerugian Sumber Daya Pesisir akibat Perubahan Iklim

Pakar ilmu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, Yonvitner dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Baca Selengkapnya