Dua orang aktivis Gereja memakai baju sinterklas memberikan salam dan tarian kepada pengendara motor, di Bunderan HI, Jakarta, 28 November 2014. Kegiatan sosial tersebut dilaksanakan menjelang penyambutan perayaan hari Natal dan tahun baru. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Mojokerto- Jamaah Ansharus Syariah (JAS) tetap akan menyebarkan selebaran larangan umat Islam ikut merayakan Natal. Polisi sempat mencegah belasan anggota JAS di Kota Mojokerto, Jawa Timur, saat menyebarkan selebaran tersebut, Rabu, 17 Desember 2014. Polisi khawatir kegiatan tersebut menimbulkan keributan. (Polisi Tangkap Demonstran Anti-Natal di Mojokerto)
"Kami akan tetap melakukan kegiatan ini sampai Natal nanti," kata juru bicara JAS Indonesia Ahmad Fatih saat dihubungi, Kamis, 18 Desember 2014. Fatih mengatakan, apa yang dilakukan jemaah bukanlah unjuk rasa. "Ini bagian dari dakwah dan tugas kami mengingatkan umat Islam bahwa ikut merayakan Natal enggak boleh," katanya.
JAS merupakan organisasi sempalan Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Baasyir. Dasar JAS melarang muslim mengucapkan selamat Natal dan penggunaan asesoris Natal adalah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 7 Maret 1981.
Fatwa tersebut berisi larangan penggunaan asesoris Natal, ucapan selamat Natal, membantu orang Nasrani dalam perayaan dan pengamanan Natal, serta himbauan agar pengusaha tidak memaksa karyawan muslim menggunakan asesoris Natal. (Bagi Selebaran Anti-Natal, JAS: Bagian dari Dakwah)
Kepolisian Resor Mojokerto Kota sudah mencegah belasan aktivis JAS saat mengedarkan selebaran dan membentangkan spanduk berisi larangan muslim mengucapkan selamat Natal. Mereka kemudian diajak dialog di markas kepolisian setempat, namun ditolak.
Kepala Kepolisian Resor Mojokerto Kota Ajun Komisaris Besar Wiji Suwartini meminta, mereka tidak dilanjutkan kegiata itu karena dianggap berpotensi konflik. "Kami khawatir ada gesekan, karena ada yang pro dan kontra," kata Wiji.
Sasaran mereka adalah toko, minimarket, supermarket, dan mal yang karyawannya menggunakan asesoris Natal seperti baju atau topi sinterklas. "Jika mereka keliling lagi, kami akan amankan pusat-pusat perbelanjaan," kata Wiji.