Seekor harimau Sumatera beristirahat di kandang barunya di kebun binatang San Diego Wild Animal Park, San Pasqual Valley, Amerika Serikat (21/5). REUTERS/Mike Blake
TEMPO.CO, Bengkulu - Wildlife Conservation Veterinarian and Wildlife Rescue Unit BKSDA Bengkulu Erni Suyanti mencurigai harimau Sumatera terserang virus yang belum terindentifikasi. Akibatnya, saat ini banyak ditemukan harimau berperilaku abnormal.
"Harimau abnormal itu sudah banyak ditemukan di Pulau Sumatera. Perilaku mereka tidak takut dengan manusia, mengindikasikan jika mereka pada prinsipnya sakit. Sebab, harimau normal selalu menghindari berjumpa dengan manusia," kata Erni Suyanti pada Senin, 22 September 2014. (Baca:Hutan Terbakar, 4 Harimau Berkeliaran di Bengkalis)
Menurut Erni, penyakit pada harimau disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah bakteri dan virus. "Harimau kalau sakit pasti ke perkampungan warga. Kasus ini banyak ditemukan di Bengkulu, Rusia, dan India," ujarnya. (Baca:Ada Jejak Harimau, Pengungsi Kebakaran Hutan Panik)
Ia mengatakan harimau kadang muncul di perkampungan warga dan tidak berperilaku beringas. Jika dibiarkan maka harimau tersebut akan mati atau ditangkap orang tak bertanggung jawab karena kerap muncul di permukiman.
Erni menduga virus penyebab harimau berperilaku abnormal itu disebabkan oleh virus yang biasa menyerang anjing. "Di permukiman warga yang berbatasan dengan hutan biasanya banyak anjing. Nah, diduga virus tersebut sama dengan yang sering menyerang anjing. Apalagi anjing warga kampung jarang diberi vaksin," ucapnya.
Ia juga menjelaskan pihaknya hingga saat ini masih melakukan riset lebih lanjut mengenai virus itu.
Berdasarkan data organisasi penyelamatan satwa Harimau Kita, terdapat 600 konflik antara harimau dan manusia dari 1998 hingga 2011. Dari konflik tersebut terdapat 57 orang tewas dan 69 ekor harimau terbunuh. (Baca:Hantui Warga Jambi, Harimau Tidur di Kolong Rumah)
"Itu baru dari jumlah yang terdata saja. Di luar dari data yang terpantau itu diperkirakan ada lebih banyak lagi," kata Berlian, Direktur Genesis yang tergabung dalam organisasi penyelamat satwa Harimau Kita.
Berlian menjelaskan konflik ini adalah akibat semakin mengecilnya wilayah jelajah hutan untuk harimau yang diakibatkan aktivitas perambahan dan perkebunan.