Derita Korban Kelud, Warga Menunggak Banyak Utang
Editor
Zacharias wuragil brasta k
Kamis, 11 September 2014 19:47 WIB
TEMPO.CO, Kediri - Gurauan ibu-ibu itu mendadak senyap ketika Tempo menghampiri mereka. Dengan tatapan tajam tiga perempuan paruh baya yang duduk di bangku kayu teras rumah itu memandang penuh selidik. “Sampeyan dari bank ya,” kata Romlah, satu dari mereka.
Air mukanya langsung berubah cerah ketika mengetahui yang datang hari itu, Rabu, 10 September 2014, bukan petugas bank. Menurut Romlah, dia dan sebagian besar warga yang tinggal di Dusun Laharpang, Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, itu paranoid dengan kehadiran petugas bank. Sebab kedatangan mereka tak lain untuk menagih angsuran pembayaran kredit atas utang yang belum terbayar sejak Kelud memuntahkan abunya 13 Februari 2014.
Selama ini hampir seluruh warga di dusun yang berjarak lima kilometer dari puncak Gunung Kelud itu memiliki utang di bank perkreditan rakyat maupun bank umum. Mereka membutuhkan dana untuk membeli benih tanaman dan pengelolaan tanah pertanian yang menjadi pekerjaan sehari-hari. Sebagian lagi berutang untuk membeli beras dan biaya sekolah anak-anak mereka.
Amuk Kelud menyebabkan angsuran pembayaran kredit ke bank nyaris mandek seluruhnya. Bukan bermaksud melarikan diri atau menghindar dari tanggung jawab, warga tak memiliki uang sama sekali untuk mengangsur. Ini setelah seluruh aset mereka mulai rumah, perabotan, hingga lahan pertanian hancur lebur diterjang batu dan pasir Kelud. (Baca berita sebelumnya: Warga Kelud Mau Mengadu ke Jokowi)
Bahkan hingga sekarang masih banyak warga yang bertahan tinggal di rumah beratap bolong. Tak ada yang bisa dilakukan selain menambal dengan terpal atau berkompromi dengan udara dingin yang menyelinap ke dalam rumah.
Romlah sendiri mengaku tak pernah membayar angsuran bank sejak tujuh bulan silam. Ibu tiga anak ini memiliki pinjaman sebesar Rp 3.500.000 di sebuah bank perkreditan rakyat. Padahal nilai angsurannya cukup murah, yakni Rp 22.500 per bulan untuk setiap pinjaman Rp 1 juta yang diterima. Tapi celakanya, utang yang didapat dengan penyerahan BPKB sepeda motor itu baru saja dibelikan benih cabai yang belum sempat ditanam hingga sekarang. Sebab sebelum proses tanam dilakukan, Gunung Kelud keburu meletus dan menghancurkan seluruh desa. “Sekarang tak ada yang bisa dilakukan sama sekali,” kata Romlah.
Menurut data Bank Indonesia Kediri, nilai kredit macet warga di lereng Gunung Kelud mencapai Rp 248 miliar. Mereka berutang pada 18 lembaga bank umum dengan nilai kredit Rp 177,8 miliar dan 14 bank perkreditan rakyat dengan nilai pinjaman Rp 70,9 miliar. Jumlah warga yang mengajukan kredit mencapai 18.321 orang.
HARI TRI WASONO
Terpopuler
Prabowo Legowo Ahok Keluar dari Gerindra
Surya Paloh Ditanyakan Soal Ahok dan RUU Pilkada
Jokowi Janji Akan Cukur Biaya Rapat Rp 18 Triliun
Jokowi-JK Pakai Mobil Lama, SBY-Boediono?