Sultan Didesak Agar Tegas Selesaikan Intoleransi di DIY

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Minggu, 1 Juni 2014 17:28 WIB

Petugas Kepolisian berjaga-jaga di rumah Julius Felicianus yang dirusak oleh sejumlah orang di Sleman, Jogjakarta, (29/5). ANTARA/Tirta Prameswara

TEMPO.CO, Yogyakarta - Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) mendesak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X supaya tegas menyelesaikan maraknya kasus intoleransi.

Manajer Advokasi Serikat Jurnalis untuk Keberagaman Tantowi Anwari mengatakan maraknya kasus intoleransi di Yogyakarta menunjukkan pelaku kekerasan leluasa melakukan aksinya. DIY, kata dia, tidak aman bagi umat untuk menjalankan keyakinannya. “Sultan hanya progresif dalam ujaran dan membiarkan kekerasan berbasis agama berlanjut,” kata Tantowi, Ahad, 1 Juni 2014.

Catatan Sejuk menunjukkan sejumlah kasus intoleransi tidak selesai diproses secara hukum. Di antaranya adalah kasus kekerasan terhadap diskusi aktivis dan feminis Kanada, Irshad Manji. Selain itu, ada puluhan orang yang menamakan laskar Front Jihad Islam membubarkan paksa pengajian rutin Minggu Pahing Majelis Ta'lim Raudhatul Jannah di Dusun Sumberan RT 09 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, 18 Mei 2014.

Belakangan terjadi penyerangan sekelompok orang terhadap umat Katolik yang memanjatkan doa rosario di Kabupaten Sleman. Adapun di Kabupaten Gunungkidul terjadi penutupan sebuah gereja, penganiayaan terhadap aktivis lintas agama, serta polemik pelarangan dan ancaman kelompok agama tertentu terhadap rencana Paskah Adiyuswa Sinode Gereja Kristen Jawa yang sedianya diselenggarakan pada 31 Mei 2014. “Umat beragama tak bebas beribadah. Pemerintah tidak sediakan fasilitas,” kata dia.

Maraknya intoleransi di Yogyakarta bertentangan dengan Yogyakarta yang dikenal sebagai daerah yang menjunjung toleransi. Bahkan Sultan mendapat penghargaan sebagai kepala daerah yang mendorong kebebasan beragama. Penghargaan untuk Sultan HB X itu diberikan di Jayapura oleh Jaringan Antariman Indonesia pada Jumat, 23 Mei 2014.

Sejuk, yang beranggotakan jurnalis dan aktivis peduli isu keberagaman, meminta Sultan HB X mendesak aparat menangkap dan mengadili pelaku kekerasan berbasis agama. “Intoleransi brutal dan kriminal ini mengganggu kebebasan beragama, berkeyakinan, dan beribadah,” kata Direktur Sejuk Ahmad Junaidi.

Intoleransi, tutur dia, patut dikecam. Sebab, konstitusi bangsa ini menjamin hak-hak dan kebebasan segenap warga negara untuk beragama, berkeyakinan, dan beribadah. Sejuk juga mendesak polisi supaya mengusut tuntas motif penyerangan dan menangkap aktor di balik penyerangan berbasis agama. “Kami juga mengajak masyarakat dan pekerja pers melawan sikap intoleran dan aksi-aksi kekerasan berbasis agama,” ujar Ahmad.

SHINTA MAHARANI



















Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

12 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

13 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

16 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

20 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

46 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

51 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

53 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

53 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

57 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya