Presiden Susilo Bambang Yudoyono (kiri) didampingi istrinya Ani Yudoyono menyapa pengungsi korban letusan Gunung Kelud di posko penampungan Desa Segaran, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, (17/2). TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Kediri - Seorang perempuan 67 tahun yang menjadi pengungsi akibat letusan Gunung Kelud sempat membuat Pasukan Pengamanan Presiden dan pengungsi lainnya terkejut. Tumilah–nama perempuan tersebut–tiba-tiba berdiri dan menggenggam tangan Ani Yudhoyono saat Ibu Negara hendak meninggalkan lokasi pengungsian di Kediri pada Senin, 17 Februari 2014.
Sebelumnya, pengungsi asal Desa Sempu, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, ini duduk di barisan depan saat rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono berkunjung ke lokasi pengungsian korban Gunung Kelud di Kediri (baca:Kunjungi Kelud, SBY Sewa Lima Gerbong Kereta).
Tumilah tampak mengatakan sesuatu kepada Ani. Tak jelas apa yang disampaikan Tumilah, namun Ani langsung menggandeng tangan perempuan tersebut dan memanggil SBY yang lebih dulu keluar ruangan.
SBY pun menghentikan langkahnya dan mendekati Tumilah. Dengan sedikit membungkuk, SBY mendekatkan telinganya kepada Tumilah yang bertubuh kecil itu. "Ibu sakit? Nanti kita obati," kata SBY. SBY lalu mengangguk dan melambaikan tangan kepada Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Setelah Tumilah berada di tangan Soekarwo, SBY dan Ani meneruskan langkah meninggalkan ruangan. Soekarwo tampak tertawa dan mencium kening Tumilah sebelum menyusul SBY.
Saat ditanya apa yang disampaikan kepada SBY, Tumilah mengaku mengeluhkan badannya yang sakit. Dia mengalami sesak napas sejak Kelud meletus pada Kamis, 13 Februari 2014. "Saya minta diobati dan rumah saya diperbaiki," katanya kepada Tempo. (baca:SBY Telat, Makan Siang Pengungsi Kelud Tertunda)