TEMPO Interaktif, Jakarta: Indonesia berharap akhir Januari 2005 sudah terlaksana pertemuan dengan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). ?Namun sampai sekarang saya belum dapat mengatakan dimana dan kapan pertemuan tersebut dilakukan karena masih dalam proses kesepakatan,? ujar Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda pada wartawan usai Pidato Akhir Tahun Menteri Luar Negeri di Jakarta, Rabu (19/1).Hassan mengakui sejak terjadinya gempa bumi dan tsunami di Nanggoe Aceh Darussalam (NAD) sudah ada kontak antara GAM dan Indonesia menuju kesepakatan.?Sekarang sedang bergulir di belakang layer ke arah rekonsiliasi yang mungkin bisa tercapai,? katanya. Namun Indonesia sampai saat ini, kata Hassan belum membicarakan penghentian proses hukum kepada tokoh-tokoh GAM di Swedia serta pasukan GAM diProvinsi NAD. Ia menilai hal tersebut terlalu dini untuk direalisasikan. Namun Hassan mengungkapkan Indonesia akan terbuka untuk mempertimbangkan haltersebut jika GAM bersedia duduk bersama untuk mencapai rekonsiliasi menyelesaikan konflik di NAD. Indonesia mengharapkan konflik di NAD dapat segera diakhiri untuk mengurangi beban masyarakat. ?Apalagi recovery memerlukan waktu lima tahun ke depan,? ucapnya. Karena itu Indonesia tidak mempunyai pilihan lain kecuali merealisasikankeamanan dan kestabilan.Menurut Hassan, Indonesia menangkap respon dan kesan positif pemimpin GAM, sehingga mulai melakukan kontak-kontak di lapangan kemudian berlanjut menjadi kontak dengan pemimpin GAM yang bermukim di Swedia. Ia juga mengungkapkan ada kemungkinan Indonesia dan AGM akan menggunakan pihak ketiga dalam proses rekonsiliasi tersebut. ?Ada banyak cara untuk mencapai perdamaian, bisa saja menggunakan pihak ketiga seperti mediasi dan fasilitasi. Namuan saya belum bisamengungkapkan siapa,? katanya.Evy Flamboyan?Tempo