Polisi Bima Tangkap Lima Pemerkosa Siswi SMP
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Kamis, 6 Februari 2014 15:01 WIB
TEMPO.CO, Bima - Aparat Kepolisian Resor Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis, 6 Februari 2014, menangkap lima pelaku pemerkosaan terhadap SS, 16 tahun, siswi sebuah SMP di Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. “Mereka kami buru selama sepekan,” kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Bima Inspektur Satu Didik Hariyanto.
Menurut Didik, yang lebih dulu ditangkap adalah Junaidin, 17 tahun. Siswa kelas XI sekolah menengah kejuruan di Sape itu diciduk di sekolahnya. Berdasarkan pengakuan Junaidin, polisi langsung bertindak cepat menangkap pelaku lainnya, yaitu Julkifli, 16 tahun, Roni (17), Marwan (23), dan Ibe (17). Mereka ditangkap di rumah masing-masing di Desa Parangina, Kecamatan Sape.
Menurut Didik, pemerkosaan terjadi pada Kamis, 30 Januari 2014, sekitar pukul 15.00 Wita di sebuah rumah kosong di dekat Dam Rabe Seme, Kecamatan Sape. Pemerkosaan yang dilakukan secara bergilir itu karena salah seorang pelaku memberi tahu pelaku lainnya setelah meniduri korban. “Para pelaku masih terus diperiksa. Mereka akan kami jerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak. Ancaman hukumannya minimal 5 tahun penjara,” ujar Didik.
Didik menyayangkan kurangnya pendidikan terhadap pelaku, terutama oleh orang tuanya, sehingga mereka dengan mudah melakukan perbuatan bejat itu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, kasus itu berawal saat SS diajak oleh Ibe, pacarnya, ke Dam Raba Seme. Ibe tiba-tiba meminta SS memenuhi hasrat seksnya. Karena ditolak, Ibe menyumpal mulut SS dengan bajunya.
Setelah melakukan perbuatannya, Ibe malah menelepon empat temannya untuk turut serta menyetubuhi korban yang sudah tidak berdaya. Apalagi mereka mengancam akan melaporkan SS ke warga dan akan diarak keliling kampung.
Korban pun harus melayani mereka satu per satu. Bahkan Ibe melakukan kedua kalinya setelah empat temannya sudah meniduri korban. Salah seorang pelaku juga mengambil telepon genggam korban. “SS merasa takut dan terpaksa melayani permintaan mereka karena terancam malu akan diarak keliling kampung,” ujar Nurdin, salah seorang kerabat korban.
AKHYAR M. NUR