TEMPO.CO, Kediri -Wali Kota Kediri Samsul Ashar menantang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat untuk beradu argumen ihwal polemik pembangunan kampus Universitas Brawijaya. Selama ini, Samsul dituding menghambat berdirinya kampus tersebut sehingga memicu gelombang unjuk rasa.
Samsul mengaku kesal dituding oleh masyarakat sengaja menghambat pembangunan Universitas Brawijaya kampus IV Kediri. Sejumlah aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat kerap menyatakan ia tak segera merealisasi pelepasan aset seluas 23 hektare milik pemerintah yang hendak ditukar guling untuk pembangunan kampus di Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. "Saya ini yang merancang pembangunan kampus UB," kata dia, dengan nada kesal, Jumat, 17 Januari 2014.
Seperti diketahui, Samsul kerap menjadi sasaran unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat dalam polemik pembangunan kampus Unibraw Kediri. Sejak dibuka tiga tahun lalu, hingga kini aktivitas perkuliahan masih menumpang di Kantor Badan Kepegawaian Daerah dan kampus swasta Universitas Pawyatan Daha. Ini karena molornya realisasi pembangunan kampus UB, yang diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp 25 miliar untuk pembebasan lahan saja.
Tak hanya mahasiswa, kalangan DPRD juga melempar persoalan itu kepada pemerintah daerah. Wakil Ketua DPRD Kota Kediri Solahudin Fathurohman bahkan mengatakan pihaknya sudah bekerja keras menerbitkan persetujuan pelepasan aset untuk pembangunan kampus. Namun hingga kini tak kunjung direspons oleh pemerintah. "Bola ada di tangan pemerintah," kata dia, kepada Tempo, saat dihubungi secara terpisah.
Atas tudingan tersebut, Samsul Ashar menyatakan siap beradu debat di layar televisi atau secara terbuka dengan disaksikan masyarakat. Dia mengklaim telah berusaha mempercepat pembangunan kampus dan mengurus pelepasan aset. "DPRD yang menghambat, saya berani diadu di depan televisi," katanya.
Sejak tiga tahun pendiriannya, saat ini Universitas Brawijaya di Kediri, atau yang dikenal dengan Kampus IV, terus mengundang polemik. Meski aktivitas perkuliahan sudah berjalan dan mendapat respons dari mahasiswa dari berbagai daerah, hingga kini mereka belum memiliki kampus. Tarik-ulur pembangunan kampus ini juga melibatkan masyarakat yang menghendaki kampus tersebut segera dibangun. Mereka berharap bisa membuka peluang usaha rumah kos dan warung makanan jika proyek kampus itu terealisasi.