TEMPO Interaktif, Jakarta: Koordinator Kontras, Usman Hamid mengatakan, pihaknya belum meminta secara resmi kepada Profesor Cohen, seorang ahli forensik dari Universitas Utrecth, Belanda untuk memprediksi kapan Munir diracun. Permintaan itu sebenarnya, menurut Usman, hanya untuk menghindari rencana otopsi ulang terhadap jenazah Munir. Munir meninggal dalam pesawat Garuda dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Berdasarkan hasil otopsi oleh Netherland Forensic Institute (NFI), Munir meninggal akibat racun arsenik yang melampaui batas dalam tubuhnya.Dia menegaskan, kalau polisi tetap berkehendak melakukan otopsi ulang hanya karena alasan waktu masuknya arsen itu tidak diketahui, maka, pihak keluarga akan mendesak agar masalah itu diselesaikan dengan bantuan ahli forensik dari Belanda. Namun, menurut dia, perkembangan terakhir menunjukkan pihak kepolisian memberikan jaminan, tidak akan ada otopsi ulang dan hasil otopsi Belanda sudah cukup. Bahkan, Kapolri kemarin, menurut Usman, telah secara eksplisit menyatakan akan berusaha mendatangkan saksi ahli dari Belanda selain dari Indonesia untuk dihadirkan di persidangan. "Jadi hasil otopsi itu kemarin sudah cukup," katanya ketika dihubungi Tempo, Selasa sore (14/12).Kendati demikian, Usman menilai, dokumen yang masih tersisa di Belanda saat ini masih tetap penting untuk diambil oleh pemerintah Indonesia. "Supaya proses hukum di Indonesia tidak mendapat hambatan berarti di masa datang," ucapnya. Ewo Raswa