Banyak Spesies Baru di Hulu Citarum

Reporter

Sabtu, 21 September 2013 05:00 WIB

Aliran Sungai Citarum di kawasan hulu di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/4). Sungai Citarum di wilayah hulu tercemar oleh limbah kotoran ternak sapi yang dicemari limbah pabrik tekstil. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bandung--Kementerian Kehutanan tengah melakukan survey flora dan fauna di kawasan hutan cagar alam dan taman wisata alam yang berada di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. "Ternyata banyak ditemukan jenis baru, yang sebenarnya dulu tidak ditemukan sebagai endemik di kita," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Joko Prihatno di Bandung, Jumat, 20 September 2013.

Joko mengatakan, ada 7 kawasan konservasi di hulu sungai Citarum yang menjadi lokasi survey. Yakni Cagar Alam Gunung Tilu, Cagar Alam Gunung Burangrang, Cagar Alam Tangkubanparahu, Taman Buru Masigit Kareumbi, Cagar Alam Kawah Kamojang, Taman Wisata Alam Tangkubanparahu, serta Taman Wisata Alam Kawah Kamojang. Survey itu hingga kini masih berlangsung, tersisa 2 kawasan lagi yang belum rampung yakni di Kawasan Cagar Alam Gunung Burangrang dan Taman Wisata Alam Gunung Tangkubanparahu.

Dari 5 kawasan cagar alam dan taman wisata alam yang sudah dijelajahi seluruhnya diperoleh berkisar 150 spesies. Dari jumlah itu 32 spesies masuk kategori dilindungi, 2 spesies genting, 1 spesies rentan, serta 6 spesies hampir punah. Joko sengaja belum merincinya, dengan alasan sebagian masih dalam proses identifikasi untuk memastikan spesiesnya.

Joko menuturkan, identifikasi sampel flora dan fauna itu tengah dilakukan di LIPI, Herbarium Jatinangor, Lembaga ekologi, serta Laboratorium FKH Institut Pertanian Bogor. Sedikitnya ada 86 sampel serangga, 12 mamalia, serta 120 vegetasi, serta sejumlah contoh biota akuatik dan herpetofauna yang masih diidentifikasi.

Lewat survey itu, pada masing-masing kategori memperoleh penambahan jumlah spesies dari data yang ada dalam catatan BBKSDA Jawa Barat. Contohnya di Cagar Alam Gunung Tilu. Jenis burung yang asalnya tercatat 13 spesies bertambah jadi 125 spesies, vegetasi yang asalnya 19 spesies jadi 125 spesies, herpetofauna yang asalnya 5 spesies jadi 34 spesies, lalu insekta yang sebelumnya belum tercatat kini ditemukan 43 spesies, biota akuatik yang dulu belum tercatat kemudian ditemukan 12 spesies, terakhir jenis mamalia masih tetap 26 spesies.

Tak hanya itu, survey itu juga mendapati ada spesies yang dikenal sebagai endemis di wilayah lain, ternyata ditemukan di kawasan konservasi di hulu DAS Citarum. Salah satunya Ketam Ungu. "Di jawa Barat biasanya tidak ada tapi ada," kata Joko. "Masih banyak."

Sejumlah hewan langka dan di antaranya masuk kategori hampir punah juga masih ditemukan. Di antaranya Elang Jawa, Oa Jawa, Macan Tutul, serta Macan Kumbang, Ketam Ungu, serta Katak Bertanduk hijau. Publikasi lebih rinci hasil survei itu akan dilakukan akhir tahun ini. "Kita akan publikasikan khusus," kata Joko.

Menurut Joko, survey itu sengaja dikerjakan untuk mengetahui kondisi terkini keanekaragaman hayati di wilayah hulu Sungai Citarum, khususnya di kawasan cagar alam dan taman wisata alam yang menjadi benteng terakhir tutupan hutan di kawasan hulu. Selain melakukan pencatatan spesies, survei itu juga mencatatkan lokasi penemuannya. Hasilnya nanti akan ditayangkan di situs BBKSDA. "Nanti bisa diakses siapapun," kata dia.

Menurut dia, survey yang dilakukan sengaja masih terbatas pada pada flora dan fauna jenis tertentu, dengan alasan keterbatasan waktu. Survey ini sendiri dijadwalkan berakhir akhir tahun ini.

Joko mengatakan, survey itu dilakukan sebagai bagian dari program Citarum Watershed Management and Biodiversity Conservation (CWMBC) untuk memetakan kondisi biodiversity kawasan hulu sungai itu. Program ini masih berkaitan dengan program Integrated Citarum Water Resources Management Investment (ICWRM) yang dibiyai duit pinjaman luar negeri, tapi khusus untuk program CWMBC dananya diperoleh dari dana hibah.

Tujuh kawasan konservasi yang ada di hulu DAS Citarum luasnya hanya 2,5 persen dari luas seluruh daerah aliran sungai. Seluruh kawasan cagar alam dan taman wisata alam di hulu DAS Citarum luasnya hanya 32.780 hektare, sementara luas wilayah daerah aliran sungai 13 ribu kilometer persegi. "Ini merupakan benteng terakhir keberadaan hutan di kawasan hulu Citarum," kata Joko.

Kasubdit Konservasi Lahan Basah, Perairan, Dan Ekosistem Esensial, Direktorat Jendreal Pelstarian Hutan Dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan Cherryta Yunia mengatakan, program CWMBC dibiayai lewat dana hibah. "Prinsip di Kementerian Kehutanan akan tetap tidak menerima loan, tidak etis dunia meminjamkan hutang untuk konservasi," kata dia.

Team Leader Program CWMBC Ambar Dwiyono mengatakan, DAS Citarum merupakn satu dari 200 ekosistem global yang masuk kategori kritis. Ekosistem global yang masuk kategori kritis itu di antaranya disebabkan oleh praktek pembakaran hutan, penebangan liar, perburuan, serta limbah. "Proyek ini bagian dari program ICWRM untuk menjaga kondisi air di daerah tangkapan," kata dia.

AHMAD FIKRI

Terhangat:
Penembakan Polisi | Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Mobil Murah

Baca juga:

'Efek Jokowi' Hanya Terbukti di Twitter?

Satu Pelaku Penembakan Briptu Ruslan Ditangkap

Ruhut Sitompul Tuding Jokowi Lupakan Esemka

Ahok Melunak Soal Mobil Murah Usai Bertemu Wapres

Berita terkait

Alami Kekeringan Parah, Berikut Sederet Fakta Kondisi Terkini Sungai Amazon

8 hari lalu

Alami Kekeringan Parah, Berikut Sederet Fakta Kondisi Terkini Sungai Amazon

Berikut sederet fakta tentang kondisi terbaru Sungai Amazon.

Baca Selengkapnya

Jumlah Korban Tewas Akibat Banjir di Eropa Bertambah

8 hari lalu

Jumlah Korban Tewas Akibat Banjir di Eropa Bertambah

Air mulai naik di sejumlah titik area baru, bahkan di Republik Cek ada korban tewas. Ini adalah musibah banjir terburuk di Eropa dalam 20 tahun.

Baca Selengkapnya

Warga Polandia Bangun Tembok Karung Pasir untuk Menghalau Banjir

9 hari lalu

Warga Polandia Bangun Tembok Karung Pasir untuk Menghalau Banjir

Relawan di Kota Nysa, Polandia, pada Selasa, 17 September 2024, bergotong-royong memperkuat tembok buatan untuk menghalau banjir

Baca Selengkapnya

Ikan Aligator Tergolong Spesies Hewan Air Invasif

15 hari lalu

Ikan Aligator Tergolong Spesies Hewan Air Invasif

Ikan aligator dilarang dipelihara di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Airnya Menyusut Selama Kemarau, Dasar Sungai Cidurian Dipakai Warga Bandung Tanding Sepak Bola

18 hari lalu

Airnya Menyusut Selama Kemarau, Dasar Sungai Cidurian Dipakai Warga Bandung Tanding Sepak Bola

Saat kering, dasar sungai biasa digunakan warga Kota Bandung untuk menggelar acara lomba peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.

Baca Selengkapnya

Lomba Unik dan Seru yang Bisa Dicoba untuk Meramaikan 17 Agustus

39 hari lalu

Lomba Unik dan Seru yang Bisa Dicoba untuk Meramaikan 17 Agustus

Ada banyak ide lomba unik dan seru yang bisa dilakukan untuk meramaikan lomba Agustusan. Berikut lima di antaranya.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Arung Jeram di Jawa Tengah

44 hari lalu

Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Arung Jeram di Jawa Tengah

Inilah sejumlah lokasi arung jeram menarik di Jawa Tengah

Baca Selengkapnya

5 Sungai Terjernih di Dunia yang Bisa Dijadikan Destinasi Wisata

52 hari lalu

5 Sungai Terjernih di Dunia yang Bisa Dijadikan Destinasi Wisata

Ketahui beberapa sungai terjernih di dunia berikut ini. Pada urutan nomor 1 bahkan pernah menjadi sungai terkotor yang terkontaminasi.

Baca Selengkapnya

Sejarah Penetapan Hari Sungai Nasional dan Cara Merayakannya

27 Juli 2024

Sejarah Penetapan Hari Sungai Nasional dan Cara Merayakannya

Penetapan Hari Sungai Nasional ini diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2011.

Baca Selengkapnya

Berpetualang ke Clearwater Cave di Hutan Mulu Sarawak, Susuri Sungai hingga Naik 200 Anak Tangga

8 Juli 2024

Berpetualang ke Clearwater Cave di Hutan Mulu Sarawak, Susuri Sungai hingga Naik 200 Anak Tangga

Seperti apa keindahan Clearwater Cave yang memiliki daya tarik utama sungai bawah tanah yang jernih?

Baca Selengkapnya