TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemilik Bank Century, Robert Tantular, mengaku dicecar penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi ihwal kebijakan pemberian Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) Bank Indonesia kepada banknya medio 2008. "Ada sembilan pertanyaan, salah satunya mengenai FPJP itu," ujar Robert sesuai diperiksa di KPK, Rabu, 21 Agustus 2013.
Namun, Robert menolak memerinci pertanyaan penyidik maupun jawabannya. Ia hanya menegaskan pertanyaan-pertanyaan tersebut terkait dengan penetapan Budi Mulya, mantan Deputi Gubernur BI Bidang Pengelolaan Moneter sebagai tersangka. "Ini baru pemeriksaan awal," ujarnya.
Budi ditetapkan tersangka bersama mantan Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Siti Fadjrijah dalam kasus Bank Century. Mereka diduga menyalahgunakan wewenang dengan mengubah peraturan BI agar Bank Century mendapatkan FPJP. Dari kebijakan itu, bank yang kini bernama Bank Mutiara itu mendapatkan fasilitas dana talangan senilai Rp 6,7 triliun pada 2008.
Robert memang dikenal dekat dengan Budi. Robert mengatakan, dirinya pernah meminjamkan uang sebesar Rp 1 miliar kepada Budi Mulya. Namun, ia membantah duit itu adalah kompensasi mendapatkan FPJP.
Sumando Damanik, pengacara Robert, menyatakan pemeriksaan kliennya belum masuk pada materi kasus, termasuk pemberian duit ke Budi. "Masih sebatas penjelasan soal identitas klien kami," ujar dia.
Pemeriksaan juga tersendat, kata dia, karena penyidik menolak pendampingan pengacara saat Robert diinterogasi. Walhasil, pemeriksaan tidak rampung karena Robert menolak menjawab. KPK akhirnya menjadwal ulang pemeriksaan anak Hashim Tantular, pendiri Bank Central Dagang, salah satu bank yang terkena krisis ekonomi 1998, pada Jumat 23 Agustus mendatang. "Mungkin pemeriksaan selanjutnya sudah masuk materi kasus," kata dia.
TRI SUHARMAN
Berita terkait
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
21 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca SelengkapnyaBos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
22 jam lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaInflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
1 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Baca SelengkapnyaEkonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
3 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
4 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
4 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
4 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
5 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
5 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
5 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Selengkapnya