TEMPO.CO, Jakarta - Soeharto menjabat sebagai Presiden kedua RI sejak 1967. Pada 1982, Soeharto kembali ingin melanjutkan kekuasaannya untuk periode ketiga. Rama Dijat, guru spiritual Soeharto, memintanya mengurungkan ambisi itu. Tapi Soeharto ngotot. "Bahkan ia memohon agar Rama Dijat memintakan restu kepada Tuhan," demikian tertulis dalam artikel "Soedjono dan 'Orde Dhawuh'", edisi khusus majalah Tempo, 10 Februari 2008.
Rama Dijat pun melakukan laku atau tirakat dengan berjalan ke penjuru Nusantara selama satu tahun. Di berbagai tempat ia melakukan meditasi. ”Ayah mendapat wisik atau bisikan, Soeharto bisa menjadi presiden," kata Budi Kusumo Putro, putra Rama Dijat. "Tapi hanya untuk satu periode lagi.”
Pada 1984, Rama Dijat meninggal. Sedangkan putra Rama Dijat lainnya, Toto Iriyanto, mendapatkan wisik serupa pada pertengahan 1987. Bisikan dari Rama Dijat itu memperingatkan agar Soeharto lengser. Dan Toto diperintahkan menemui Soeharto dengan membawa jantung pisang raja, jeruk bali, serta kelapa gading atau kelapa kuning.
Kata Toto, jantung pisang raja adalah simbol kekuasaan, jeruk bali simbol agar kekuasaan itu dikembalikan, sementara kelapa gading adalah simbol masa keemasan. ”Intinya, Soeharto harus menanggalkan kekuasaannya saat masa keemasannya,” ujarnya.
Toto menemui Soeharto dengan membawa ketiga simbol itu. Seusai menceritakan wisik yang ia terima, Soeharto berkata, "Wistak tampa (saya terima)," kata Soeharto.
Nyatanya Soeharto tidak pernah mengindahkan pesan itu. Ia terus berada pada tampuk kepemimpinan. Bahkan banyak yang menganggap, apabila Soeharto menaati pesan sang guru, ia akan lebih selamat pada tahun-tahun terakhir hidupnya.
