"Bahkan biaya distribusi buku ke luar Jawa lebih mahal dibanding biaya mencetaknya," kata Direktur Politeknik Negeri Media, Bambang Wasito Adi, dalam di rapat dengar pendapat Panitia Kerja Kurikulum Pendidikan, DPR, Senin, 28 Januari 2013.
Membangun percetakan sangat efektif untuk memotong distribusi. Pembangunan percetakan ini berkaitan dengan adanya buku pedoman guru dan siswa pada kurikulum pendidikan 2013. Dalam kurikulum baru, buku disusun oleh pusat, sedangkan daerah hanya mencetak.
Bambang memastikan bahwa daerah akan terpaksa mencetak buku di Jawa karena hanya di pulau inilah percetakan tersedia. Percetakan bahan ajar yang dibangun di daerah tidak memerlukan yang besar atau gedung baru.
"Cukup ada satu mesin percetakan di setiap provinsi, kalau memungkinkan di tingkat kabupaten," kata Bambang. Upaya tersebut bisa mengurangi alokasi buku penggunaan Bantuan Operasional Sekolah secara signifikan.
Dia mencontohkan untuk Jawa Barat, buku sekolah dasar, bila dicetak di Jakarta menghabiskan anggaran Rp 584 miliar, tapi kalau mencetak sendiri anggarannya menjadi Rp 306 miliar. Jika mencetak di pusat menyedot 20 persen dana BOS, sistem di daerah cukup mengalokasikan 10 persennya. "Tapi daerah mesti diajarkan tidak boleh mengambil keuntungan terlalu besar," kata Bambang.
Kurikulum baru akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran baru 2013/2014, Juni mendatang, secara berjenjang. Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah menyusun buku untuk guru dan para murid yang akan dijadikan pedoman bagi sekolah-sekolah di Indonesia.