TEMPO.CO, Kupang - Bupati Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Yoseph Lagadoni Herin, mengaku sudah kehabisan akal untuk menyelesaikan bentrokan antarwarga desa di Kecamatan Adonara Timur terkait dengan sengketa tanah ulayat.
"Saya tidak mengerti lagi dengan masalah ini. Saya sedih sekali, dan pusing juga mengurus masalah ini," kata Yoseph yang dihubungi wartawan dari Kupang, Rabu, 31 Oktober 2012.
Bentrokan antara warga Desa Lewonara dan Lewobunga di Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur kembali pecah, Selasa, 30 Oktober 2012 kemarin, setelah warga Desa Lewobunga hendak mengambil barang-barang mereka di Kampung Bele. Bentrokan warga dua desa sudah terjadi sejak 2 Oktober 2012 lalu yang menyebabkan lima orang luka dan seorang tewas.
Setelah bentrokan awal mereda, Yoseph mengira bentrokan antarwarga akan usai. Penyelesaian sengketa tanah ulayat diserahkan ke pemerintah yang telah membentuk tim untuk mengusut asal muasal pemilik tanah itu. Namun, perkiraan itu meleset, karena warga kedua desa tersebut kembali bentrok. "Saya sudah habis akal untuk menyelesaikan masalah ini," katanya.
Dia hanya berharap kedua belah yang bertikai bisa menahan diri sambil menunggu penyelesaian sengketa lahan. Yoseph telah mengirim tim ke Adonara untuk meredakan suasana yang kembali memanas.
Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Flores Timur, Ankletus Taka Boli, mengatakan telah turun ke lokasi bentrokan, namun tidak bertemu masyarakat. "Mereka masih emosi, jadi tidak mungkin kami bertemu mereka," katanya.
Dia berharap masalah ini diselesaikan dengan sumpah adat, jika cara lain yang digunakan pemerintah dinilai tidak tepat. "Orang Adonara akan taat pada sumpah adat," katanya.
Bentrokan antara warga di dua desa di Adonara Timur kembali pecah pada 30 Oktober 2012 kemarin. Delapan rumah dibakar dalam peristiwa itu, namun tidak ada korban jiwa.