TEMPO Interaktif, Jakarta:Mantan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Andi Hakim Nasution, meninggal dunia Senin (4/3) malam sekitar pukul 21.05 WIB. Guru Besar Statistik ini menghembuskan nafasnya di RSPAD Gatot Subroto, akibat menderita kanker prostat. Menjelang detik-detik terakhirnya Andi yang sempat terkena stroke ini mengalami kelumpuhan pada bagian tangan dan kakinya. Tekanan darahnya juga turun, padahal kemarin ia sempat cuci darah sebanyak dua kali. Ia juga sempat diperiksa EKG dan MRI hari ini. Kini jezahnya di semayamkan di rumah duka di Kompleks Bogor Baru Blok A6/4, Bogor, Jawa Barat. Andi Hakim meninggalkan seorang istri, Amini Nasution, tiga orang anak dan tiga orang cucu. Kedua anak dan istrinya sedang mendampingi beliau ketika dibersihkan saat berita ini diturunkan. Anaknya yang pertama Marlina D. Nasution sedang dalam perjalanan dari Amerika ke Indonesia untuk melihat jenazah ayahnya. Profil Singkat Guru Besar Ilmu Statistik IPB ini lahir pada 30 Maret 1932. Lulus sebagai sarjana pertanian angkatan ke-empat pada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan predikat cum laude pada 1958. Enam tahun kemudian dia memperoleh gelar doktor (Ph.D.) dalam bidang experimental statistic dari North Carolina University, AS. Sebagai guru besar statistik, ia sangat menghargai calon mahasiswa cerdas yang tidak mampu mengongkosi kuliah. Dengan pertimbangan tersebut, sebagai dosen waktu itu (1976) ia mencetuskan sistem 'Panduan Bakat'. Sistem ini tidak mensyaratkan calon mahasiswa menempuh tes, tetapi harus berprestasi di sekolahnya. Jauh sebelum tahun 2000 tiba, ia sudah memperkirakan tanah pertanian di Pulau Jawa akan tinggal 30 persen lagi. "Kita harus mempersiapkan reklamasi tanah menjadi lahan pertanian,"katanya. "Jakarta nanti mesti membuat kebun hydroponics (bercocok tanam dengan air) untuk memenuhi keutuhan sayuran bagi 27 juta penduduk." Pemikiran yang kini masih relevan untuk direnungkan. Mantan Rektor IPB (1980-1987) ini, dalam kelembagaan Sekolah Tinggi Telkom di Bandung, tercatat sebagai ketua sekolah tinggi yang berdiri pada 28 September 1990 itu. Sejak 26 tahun yang lalu, suami dari Amini Soekadi ini, rutin menjadi ketua Dewan Juri Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Ia mengaku mengikuti terus jejak pemenang lomba karya ilmiah, yang memilih masuk IPB (tanpa tes). Menurutnya, para pemenang lomba dalam LPIR itu, kini ada yang menjadi pengusaha sukses, atau tetap menjadi peneliti pada institusi pemerintah. Selain menyukai fotografi, inspirator pendirian Fakultas MIPA di IPB ini menyukai pula aktivitas menulis. Banyak artikelnya dimuat di majalah Biometrics, International Rice, News Letter, harian Kompas, dan majalah Tempo.Ia tidak hanya jago menulis dalam bidang profesinya saja.Tapi dalam bidang-bidang yang lain. Soal banyaknya alumnus IPB yang menjadi wartwan, sehingga IPB pun digelari sebagai Institut Publisistik Bogor, peraih anugerah Tokoh Ilmuwan MABBIM (Majelis Bahasa Brunei-Indonesia-Malaysia) ini punya komentar menarik. "Mereka masih bekerja di bidangnya karena mereka menjadi komunikator ilmiah.” (Syafrudin/Wenny-Tempo News Room)
Berita terkait
Kemenag: 195.917 Visa Jemaah Haji Reguler Sudah Terbit, Keberangkatan Mulai 12 Mei
5 menit lalu
Kemenag: 195.917 Visa Jemaah Haji Reguler Sudah Terbit, Keberangkatan Mulai 12 Mei
Total kuota jemaah haji Indonesia tahun ini adalah 241.000 orang.