Nelayan Cilacap Panen Ikan Agustus Ini  

Reporter

Editor

Kamis, 2 Agustus 2012 11:51 WIB

Para nelayan menjalankan aksi memblokir pintu masuk dermaga bongkar muat kapal tanker Kilang Pertamina Cilacap, Rabu (25/4). Pemblokiran dilakukan karena pasokan solar bersubsidi untuk nelayan sudah habis sehingga mereka tak bisa melaut selama empat hari terakhir ini. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Cilacap - Berembusnya musim angin timur seakan menjadi pertanda kabar gembira bagi ribuan nelayan Cilacap. Keberadaan musim angin itu berarti nelayan bersiap melakukan panen ikan di perairan selatan Cilacap. "Saat ini berbagai jenis ikan mulai muncul di Samudra Indonesia," kata Ketua II Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cilacap Indon Cahyono, Rabu, 1 Agustus 2012.

Indon mengatakan, memasuki bulan Agustus merupakan puncak musim angin timur dan musim panen ikan, sehingga sebagian besar nelayan melaut. Jenis ikan yang bermunculan di antaranya ikan dawah, kerapu, belanak, kembung, lobster, udang jerbung, rajungan, ikan layur, tenggiri, tongkol, kakap, pari-pari, dan lemuru. Meski mulai panen, kata dia, saat ini gelombang laut masih lumayan tinggi. Mereka biasanya berangkat pagi dan pulang siang hari sebelum gelombang dan angin mulai kencang.

Ketua Koperasi Unit Desa Mino Saroyo, Cilacap, Untung Jayanto, menuturkan, biasanya masa panen ikan bagi nelayan Cilacap berlangsung pada puncak musim angin timur sekitar Agustus. "Saat puncak musim angin timur, berbagai jenis ikan biasanya akan bermunculan," kata dia. Menurut Untung, hingga saat ini, harga ikan masih relatif stabil dan dinilai bagus meski hasil tangkapan nelayan belum maksimal.

Ia mencontohkan, harga udang jerbung berukuran besar masih bertahan di atas Rp 100 ribu per kilogram, sedangkan yang berukuran kecil selisih sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu di bawahnya. Ikan kerapu masih bertahan pada Rp 45 ribu per kilogram dan belanak sekitar Rp 12 ribu per kilogram.

Menurut analis cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo, daerah tangkapan ikan muncul akibat adanya aktivitas plankton ke permukaan di perairan selatan Cilacap. "Daerah itu bisa kami tangkap dengan alat kami yang menandakan pergerakan plankton sebagai makanan ikan," kata dia.

Meski banyak daerah tangkapan ikan, dia menuturkan, saat ini kondisi perairan masih berbahaya bagi pelayaran. Dia mengatakan tinggi gelombang di perairan selatan mencapai 3,5 meter. "Kami mengimbau nelayan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi selama melaut," ucap dia lagi.

ARIS ANDRIANTO

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

9 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

11 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

12 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

16 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

17 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

23 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

27 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

35 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

44 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

47 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya