Pengoperasian kembali Exxon Mobil, menurut Yusuf Manggarani, karena ada keyakinan pihaknya, bahwa kondisi keamanan di Aceh mulai kondusif dan dikendalikan aparat operasi pemulihan keamanan. ”Kita menganggap kondisi keamanan sudah dapat kita kendalikan, makanya silahkan mereka (Exxon Mobil) beroperasi kembali,” ujarnya.
Menyinggung soal pembantaian di Aceh Tengah, dan sejumlah insiden lain di Aceh, Yusuf mengatakan, semua itu dilakukan oleh GSBA (Gerakan Separatis Bersenjata Aceh). Tujuannya adalah memutar balikkan fakta, guna mencari perhatian internasional, bahwa seolah-olah pembantaian itu dilakukan oleh TNI/Polri. “Yakinlah semua itu dalih dari GSBA untuk menarik perhatian internasional. Ini dalih mereka, nanti dia akan balik bahwa ini kelakuan TNI/Polri. Tetapi kami dapat buktikan bahwa mereka semua yang lakukan,” kata Yusuf.
Ketika ditanya, apakah milisi itu benar-benar ada, Yusuf Manggarani mengatakan, milisi itu tergantung siapa yang mengartikan. “Milisi itu tergantung kamu yang mengartikan. Kan wartawan yang mengartikan, bagaimana Pam Swakarsa untuk membela diri sendiri itu dianggap milisi, ya tergantung mau dimanfaatkan untuk apa. Seseorang kan berhak membela diri? Ada kan yang namanya Pam Swakarsa, di mana-mana ada siskamling,” jelas dia.
Rapat dengar pendapat dengan DPRD Aceh, membahas mengenai kemajuan pelaksanaan Inpres Nomor 4 tahun 2001. Ikut mendampingi Dan Kolaops, antara lain, Wakil Pangkolaops Kolonel Inf Djali Yusuf, Kalaops Polri Brigjen Pol Herman SS, Dan Sektor B Kolonel Inf Endang Suwarya. Rapat yang dipimpin Wakil Ketua DPRD Aceh, Farid Wajdi Ali dan dihadiri semua pimpinan fraksi dan pimpinan Komisi. Dalam rapat itu, anggota dewan meminta laporan pelaksanaan Inpres No.4 tahun 2001, termasuk banyaknya jumlah korban masyarakat sipil selama berlangsungnya operasi di Aceh. (JK Farza)