Sumber-sumber resmi GAM, hingga Senin (28/5) belum memberikan klarifikasi isu meninggalnya orang nomor dua di jajaran gerilyawan GAM Aceh Besar itu. Tempo juga belum berhasil menghubungi sejumlah sumber GAM meskipun sudah diupayakan sepanjang Sabtu dan Minggu. Telepon selular Ayah Muni sendiri, sejak beberapa pekan lalu sudah tidak bisa dihubungi.
Tgk Amni bin Ahmad Marzuki, wakil GAM pada Komite Damai Melalui Dialog, juga mengaku belum menerima laporan soal isu yang menggemparkan masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar itu. “Saya belum menerima laporannya. Malah dari Aceh Rayeuk, selama dua hari ini nggak ada laporan yang masuk,” kata Amni dalam bahasa Aceh kepada Tempo, Senin (28/5).
Namun sumber TNI memastikan bahwa Ayah Muni meninggal dunia. Komandan Tim B Satgaspen Kolakop (Komando Pelaksana Operasi –red), Mayor ZAJ Sulistiadie kepada pers, Minggu malam mengatakan, berdasarkan informasi akurat yang diterima pihaknya dari masyarakat, Ayah Muni benar telah meninggal dunia, beberapa saat setelah terjadinya kontak senjata GAM-TNI, Sabtu sore.
Jenazahnya, menurut Sulistiadie, sudah dikebumikan masyarakat Sabtu malam di Kuta Baro. “Ini laporan yang sangat terpecaya,” ujarnya. Dijelaskannya, dalam kontak senjata Sabtu itu, lima orang dipastikan tewas terkena tembakan pasukan TNI. Satu orang lagi di luar lima orang itu juga tertembak, namun berhasil melarikan diri meskipun dalam keadaan terluka. “Menurut masyarakat, yang lari itu adalah Ayah Muni. Karena lukanya parah, dia kemudian meninggal dunia,” tambah Sulistiadi.
Sementara sejumlah warga Tungkop yang ditanyai Tempo, Senin pagi, mengaku mendengar adanya berita tentang meninggalnya Ayah Muni, namun tidak ada warga yang berani memastikannya. “Saya ndak bisa pastikan, apakah beliau benar-benar syahid atau tidak. Saya sendiri ndak melihatnya,” kata seorang warga yang namanya menolak ditulis.
Seperti diberitakan Tempi Intreraktif hari Minggu, ada lima mayat yang dievakuasi tim Satgana PMI Banda Aceh, Sabtu sore. Kelima mayat itu adalah, Jaluddin (26) warga Desa Lam Raya, dan Banta Saidi (25), warga Desa Meudaroh Aceh Selatan. Munir Amin (25) warga Desa Gue Gajah, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, dan Adnan (26), warga Desa Neuheun, Kecamatan Masjid Raya, Aceh besar. Sementara satu mayat lagi hingga saat ini belum diketahui identitasnya dan masih disimpan di instalasi jenazah RSU Zainoel Abidin Banda Aceh. (J Kamal Farza)