Maria Farida Indrati Raih Anugerah S.K. Trimurti 2010
Kamis, 25 November 2010 17:55 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta -Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menganugerahkan S.K. Trimurti Award 2010 kepada Maria Farida Indrati Soeprapto, 61 tahun, satu-satunya Hakim perempuan di Mahkamah Konstitusi. Penganugerahan ini berlangsung di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (25/11) malam.
Dewan Juri yang terdiri dari Hermien. Y. Kleden (Pemimpin Redaksi U-Magazine dan Executive Editor Tempo English Edition), Ignatius Haryanto (Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan) dan Mariana Amiruddin (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan) sepakat memilih Maria, setelah melalui serangkaian diskusi dan penelaahan menyeluruh atas karir dan perjalanan hidupnya sebagai hakim dan akademisi.
Dewan Juri menilai, sepanjang perjalanan hidupnya, Maria Farida selalu memilih jalan yang bersih, dan teguh menegakkan hukum dengan integritas yang tinggi. Salah satu Dewan Juri, Hermien Y. Kleden, mengatakan Maria Farida bekerja di sebuah dunia yang "sunyi dan keras" sebagai hakim. "Pilihannya untuk untuk tetap teguh dan konsisten menjunjung nilai dan integritasnya adalah sesuatu yang layak dihormati," kata Hermien dalam siaran pers yang diterima Tempo. "Perjuangannya membela demokrasi dan nilai-nilai hukum yang benar dan adil, mengingatkan kita pada prinsip S.K. Trimurti semasa hidupnya sebagai wartawan, politisi, dan pembela demokrasi," jelas Hermien.
Maria Farida adalah satu-satunya Hakim Konstitusi yang memberikan dissenting opinion (pendapat berbeda) dalam perkara uji materi Undang-Undang tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, April lalu. Doktor Ilmu Hukum Universitas Indonesia ini juga menyampaikan pendapat berbeda pada perkara uji materi Undang-Undang Pornografi, Maret lalu. Sikapnya didasari kepercayaannya yang teguh pada kebhinekaan Indonesia dan pentingnya kesetaraan untuk semua warga negara Indonesia.
Sebelum memutuskan pemenangnya, Dewan Juri tahun ini telah memilih empat perempuan sebagai kandidat pemenang. Mereka disaring dari belasan calon yang diajukan lembaga perempuan, organisasi jurnalis dan masyarakat umum. Keempat kandidat ini aktif dalam bidang-bidang yang penuh tantangan, seperti penegakan hukum, perlindungan hak asasi manusia, dan perjuangan untuk kebebasan berpikir dan berekspresi. "Pilihan tahun ini, terus terang, tidak mudah," kata Hermien lagi.
Ketua AJI Jakarta, Wahyu Dhyatmika, berharap Anugerah S.K. Trimurti tahun ini mendorong makin diakuinya peran perempuan dalam pergulatan besar meneguhkan nilai-nilai ke-Indonesia-an di era reformasi ini. "Nilai kesetaraan gender harus terus dikedepankan di media massa kita. Ibu Maria Farida sudah melakukannya lewat kerja-kerja nyata beliau sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi," katanya.
S.K. Trimurti Award adalah penghargaan yang diberikan kepada perempuan jurnalis atau aktivis yang berjuang untuk kebebasan berekspresi, kebebasan pers, dan arus informasi yang bebas. AJI Jakarta secara berkala memberikan penghargaan ini, setiap tahun. Aktivis perempuan Masruchah (Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia), jurnalis Ati Nurbaiti (The Jakarta Post )dan jurnalis Hermien Kleden (Tempo) pernah menerima penghargaan ini.
SK Trimurti, wartawati tiga jaman, mantan menteri di era Soekarno sekaligus perempuan pejuang legendaris Indonesia. Ia lahir di Boyolali, 11 Mei 1912. Akibat aktivitas jurnalistik yang mengobarkan semangat anti penjajahan, ia bolak-balik dijebloskan ke penjara. SK Trimurti meninggal dunia pada Selasa, 20 Mei 2008 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Penghargaan ini diberikan oleh AJI Jakarta bekerjasama dengan keluarga almarhumah, untuk melestarikan semangat dan prinsip perjuangan beliau.
PGR
