ICW: Sikap Persatuan Jaksa Bentuk Tekanan terhadap Presiden  

Reporter

Editor

Minggu, 19 September 2010 13:35 WIB

Jaksa. TEMPO/ Zulkarnain
TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia Corruption Watch membantah telah melakukan survei dikalangan jaksa mengenai calon jaksa agung eksternal. Pernyataan ini dilontarkan ICW terkait komentar Persatuan Jaksa Indonesia yang menyatakan dukungan 8000 jaksa untuk membantah hasil survei ICW. "Kami belum pernah melakukan penelitian atau pun survei soal itu," ujar Peneliti Divisi HUkum dan Monitoring Peradilan ICW, Donal Fariz, saat dihubungi Tempo, Minggu (19/9).

Donal pun ragu mengenai dukungan yang diberikan 8000 jaksa itu. "Saya pikir jumlahnya tidak sebesar itu," ucapnya. Ia menambahkan hal ini hanya mengindikasikan adanya resistensi dari dalam kejaksaan agung untuk melakukan refromasi di tubuh korps Adhyaksa itu. "Saya melihat adanya spirit korps dalam artian negatif," kata dia.

Resistensi ini, menurutnya, merupakan sinyalemen keengganan untuk melakukan reformasi di Kejaksaan. Ia menyatakan, pembersihan di tubuh kejaksaan tidak akan berhasil jika dilakukan oleh orang dari dalam kejaksaan. Ia menilai, delapan Jaksa Agung Muda yang berpotensi menggantikan Hendarman Supandji, tidak cukup bersih untuk melakukan perubahan yang signifikan. "Tidak mungkin pembersihan dilakukan oleh orang yang juga tidak bersih," ujarnya.

Ia mengkhawatirkan, tradisi melindungi jaksa nakal akan terus terpelihara jika Jaksa Agung yang terpilih berasal dari dalam. "Semua jaksa itu sudah saling pegang kartu As masing-masing, jadi tidak akan ada yang berani bertindak tegas," ujarnya.

Donal juga memperingatkan bahwa dukungan ini juga dapat dilihat sebagai tekanan kepada Presiden untuk memilih jaksa agung dari internal kejaksaan. "Saya pikir Presiden cukup menyadari ini," ujarnya. Ia menambahkan, jikapun presiden nantinya tetap memilih Jaksa Agung dari eksternal, maka harus terjadi perombakan yang cukup besar dalam tubuh kejaksaan.

Ia mengatakan, tidak cukup mengganti Jaksa Agung untuk melakukan reformasi. Ia menyatakan, Jaksa Agung eksternal harus didukung juga oleh sejumlah Jaksa Agung Muda dari eksternal untuk melakukan perubahan. "Supaya Jaksa Agung nantinya tidak menjadi single fighter, dan Jaksa Agung Muda itu diperbolehkan untuk dijabat oleh eksternal," ujarnya. "Ya dari delapan orang JAM, paling tidak empat dari luar dan empat dari dalam supaya imbang."

Sebelumnya,Perhimpunan Jaksa Indonesia yang beranggotakan 8.479 jaksa yang tersebar di lebih dari 400 kejaksaan negeri di seluruh indonesia memberikan dukungan munculnya jaksa agung yang berasal dari kalangan karier. PJI mengatakan, dukungan ini dilakukan untuk merespon hasil survei ICW yang menyatakan banyaknya dukungan dari jaksa muda terhadap jaksa agung dari luar.

Febriyan

Berita terkait

Polemik Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

29 hari lalu

Polemik Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

Kabar peleburan KPK dengan Ombudsman menimbulkan polemik. Bappenas membantah tengah membahas peleburan tersebut.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Potensi Konflik Kepentingan Pimpinan KPK dan Rafael Alun, Pemerintah Resmi Naikkan Harga Beras

16 Maret 2023

Terpopuler: Potensi Konflik Kepentingan Pimpinan KPK dan Rafael Alun, Pemerintah Resmi Naikkan Harga Beras

Berita bisnis terpopuler: Potensi konflik kepentingan pimpinan KPK dan Rafael Alun, harga beras resmi naik.

Baca Selengkapnya

Rafael Alun Diduga Satu Angkatan STAN dengan Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, ICW: Ada Potensi Konflik Kepentingan

15 Maret 2023

Rafael Alun Diduga Satu Angkatan STAN dengan Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, ICW: Ada Potensi Konflik Kepentingan

Rafael Alun diduga satu angkatan di STAN dengan Wakil Ketua KPK Alexander Marwata. Ada potensi konflik kepentingan, ICW minta KPK terbuka.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Gugat Putusan Keterbukaan Informasi Audit JKN BPJS, Ini Tanggapan KIP

12 Februari 2023

Sri Mulyani Gugat Putusan Keterbukaan Informasi Audit JKN BPJS, Ini Tanggapan KIP

Wakil Ketua KIP Arya Sandhiyudha angkat bicara gugatan Sri Mulyani terkait putusan keterbukaan informasi audit JKN BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Digugat Sri Mulyani, ICW: Yang Kami Minta Hasil Audit terkait Dana Publik

11 Februari 2023

Digugat Sri Mulyani, ICW: Yang Kami Minta Hasil Audit terkait Dana Publik

Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Agus Sunaryanto mengaku heran dengan sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani yang bersikukuh tidak ingin mengeluarkan ke publik hasil audit program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Digugat Sri Mulyani, ICW: Uji Akses Informasi Kami sudah Dimenangkan KIP

11 Februari 2023

Digugat Sri Mulyani, ICW: Uji Akses Informasi Kami sudah Dimenangkan KIP

Menteri Keuangan Sri Mulyani menggugat Indonesia Corruption Watch (ICW) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta

Baca Selengkapnya

ICW Ingatkan Kejaksaan Agung Jangan Intervensi Kasus Imam Nahrawi

21 Mei 2020

ICW Ingatkan Kejaksaan Agung Jangan Intervensi Kasus Imam Nahrawi

Peringatan ICW terhadap kejaksaan Agung mendasarkan pada penjelasan mantan Asisten Pribadi Imam Nahrawi, Miftahul Ulum.

Baca Selengkapnya

Dinilai Sebagai Pimpinan yang Terburuk, KPK: ICW Paling Benar

30 Desember 2019

Dinilai Sebagai Pimpinan yang Terburuk, KPK: ICW Paling Benar

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nawawi Pomolango angkat bicara perihal penilaian Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menyebut bahwa lembaga di bawah kepimpinannya menjadi yang terburuk.

Baca Selengkapnya

Peneliti ICW Menolak Konsep Dewan Pengawas KPK

12 Desember 2019

Peneliti ICW Menolak Konsep Dewan Pengawas KPK

Dewan Pengawas KPK dianggap tetap menggambarkan bahwa negara gagal memahami konsep penguatan.

Baca Selengkapnya

ICW: KPK Bisa Jerat Saksi 'Nakal' dengan Obstruction of Justice

28 November 2019

ICW: KPK Bisa Jerat Saksi 'Nakal' dengan Obstruction of Justice

"Tentunya bila KPK memiliki bukti-bukti yang kuat mengenai tindakan saksi ini."

Baca Selengkapnya