Gara-gara Cucu Minta Bakar Petasan, Mertua dan Menantu Dikeroyok Warga Sekampung
Rabu, 15 September 2010 23:50 WIB
TEMPO Interaktif, Tasikmalaya: Dua korban pengeroyokan melapor ke Polresta Tasikmalaya, Rabu (15/9) petang. Mereka mengaku menjadi korban kebrutalan massa yang notabene masih tetangga satu kampung.
Kejadian naas itu dialami Uas Sutisna, 60 tahun, serta menantunya Nandang, 31 tahun, warga kampung Cirano, Kadipaten,Tasikmalaya, Kamis (9/9), tepat pada malam takbiran. pengeroyokan ini berawal dari permintaan sang cucu yang baru berusia tiga tahun. Ia ingin kakeknya menyalakan petasan di halaman rumah. Karena cucu kesayangan, tanpa pikir panjang Uas memenuhi keinginan bocah itu.
Suara petasan itu ternyata memancing kemarahan warga. Uas tidak tahu jika sebelumnya warga sudah bersepakat untuk tidak lagi menyalakan petasan di kampung itu. Warga mengangap Uas menyalahi kesepakatan itu. Mereka pun berbondong-bondong menyatroni rumah Uas. “Jujur saya tak tahu komitmen yang telah dibangun masyarakat itu,” ujar Uas di kantor polisi.
Awalnya warga hanya melontarkan caci maki kepada Uas dan cucunya. Namun entah siapa yang memulai tiba-tiba warga yang berjumlah puluhan menyeret dan menganiaya Uas. Nandang yang berniat menolong sang mertua tidak luput dari amuk massa. Bahkan kedua orang itu sempat diseret ke luar pekarangan rumah sambil dihujani pukulan dan tendangan.
Aksi brutal itu baru berhenti setelah sejumlah tokoh masyarakat melerai. “Tadinya saya tidak akan lapor ke polisi. Namun paman saya memaksa untuk melapor karena ini sudah termasuk anarkisme,” ujar Nandang di kantor polisi petang tadi. Itulah alasannya mengapa pengeroyokan ini baru dilaporkan sekarang.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Tasikmalaya Ajun komisaris Anton Firmanto mengatakan, segala bentuk anarkisme harus tetap diproses secara hukum. Polisi tidak akan memberi toleransi kepada siapa pun yang melakukan tindakan anarkisme. “Semuanya sedang kami proses,” ujarnya. ”Bila memang terbukti semuanya akan dihukum.”
JAYADI SUPRIADIN