10 Alasan Malaysia Melarang ESQ Ary Ginanjar
Reporter
Tempo.co
Editor
Elik Susanto
Rabu, 7 Juli 2010 14:10 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan yang meliputi Kuala Lumpur, Putrajaya dan Labuan 10 Juni lalu mengeluarkan sebuah fatwa yang mengejutkan. Fatwa yang diteken Datuk Hj. Wan Zahidi Bin Wan Teh menganggap Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) milik Ary Ginanjar Agustian melenceng dari ajaran-ajaran agama Islam.
Pejabat Mufti (pemuka agama yang mewakili negara bagian) ESQ "Leadership Training" yang diajarkan Ary Ginanjar Agustian melenceng dari ajaran Islam. Alasannya, apa yang disampaikan Ary mengandung ajaran-ajaran yang bisa merusak akidah dan syariah Islam.
Penyelewengan itu, menurut Mufti seperti yang dimuat dalam situs muftiwp.gov.my, karena ajaran Ary mengandung faham liberalisme di mana ia menerjemahkan nas-nas Al-Quran secara bebas. Selain itu, ESQ juga mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan benar.
Inilah 10 alasan itu:
1. Mendukung fahaman liberalisme dimana mereka memahami atau mentafsir nas-nas Al-Quran dan As-Sunnah secara bebas, dan fahaman pluralisme agama yang mengajarkan mengajarkan semua agama adalah sama dan benar. Kedua-dua fahaman ini adalah sesat dan boleh membawa kepada kekufuran.
2. Mendakwa bahwa para Nabi mencapai kebenaran melalui pengalaman dan pencarian. Ini berbeda dengan akidah Islam tentang Nabi dan Rasul. Menurut akidah ahli Sunnah Wal Jamaah, kenabian dan kerasulan adalah pilihan Allah SWT semata-mata (al-Isthifaiyyah), dan bukan sesuatu yang boleh diusahakan (al-Kasbiyyah).
3. Mencampuradukkan ajaran kerohanian bukan Islam dengan ajaran Islam, 'SQ' adalah hasil penemuan seorang Yahudi, Danah Zohar, manakala 'God Spot' adalah hasil kajian seorang Hindu VS Ramachandran. Kedua penemu itu disahkan dengan ayat Al-Quran (Al-Hajj, ayat 46).
4. Menekanan konsep 'suara hati' atau 'conscience' sebagai sumber rujukan utama dalam menentukan baik dan buruk sesuatu perbuatan. Konsep suara hati adalah ajaran paling suci dalam agama Kristiani. Konsep suara hati juga merupakan ajaran Hindu seperti yang dijelaskan oleh Swami Vivekandanda. Menurut Imam Abu al-Abbas, pendapat demikian adalah zindik dan kufur.
5. Menjadikan logika sebagai sumber rujukan utama. Ini bertentangan dengan akidah Islam yang menetapkan bahawa Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber rujukan utama.
6. Mengingkari mukjizat dan menganggapnya tidak dapat diterima oleh akal dan tidak sesuai dengan zaman sekarang yang serba logika. Mengingkari mukjizat adalah kufur dengan ijmak ulama karena ia bermakna mengingkari nas-nas Al-Quran dan Hadis Mutawatir yang mensabitkan mukjizat bagi para Nabi a.s .
7. Menggunakan Kod 19 rekaan Rasyad Khalifah untuk mentafsir Al-Quran. Rasyad Khalifah mengaku dirinya sebagai rasul dan membawa agama baru yang dinamakan 'submission'. Teori Kod 19 dianggap lebih tinggi daripada Al-Quran karena mengikuti teori ini, ayat-ayat Al-Quran perlu dibuang atau ditambah bagi menyesuaikan dengan Kod 19.
8. Menyamakan bacaan Al-Fatihah sebanyak 17 kali sehari oleh orang Islam dengan amalan Bushido oleh orang jepun yang berteraskan ajaran Buddha.
9. Mendakwa kekuatan luar biasa seperti mukjizat boleh berlaku melalui rumus Zero Mind Process (ZMP). Dengan rumusan ZMP ini, ESQ mengibaratkan mukjizat Nabi Musa diselamatkan daripada Fir'aun boleh juga berlaku kepada orang lain seperti yang berlaku kepada juru terbang Kapten Abdul Razak. Faham mukjizat seperti ini, merupakan ajaran agama Hindu seperti yang diterangkan oleh Swami Vivekananda.
10. Mentafsirkan makna kalimah syahadah dengan 'triple one'. Ini adalah tafsiran bidaah dan sesat. Dalam konteks akidah, 'triple one' digunakan oleh Kristian untuk menguraikan konsep trinity. (aslinya lihat di situs www.muftiwp.gov.my).
Majelis Muzakarah Fatwa Nasional Malaysia memutuskan bahwa pelatihan manajemen diri ESQ tetap boleh dilanjutkan di Malaysia. Keputusan tersebut dibacakan Ketua Majelis Mudzakarah Fatwa Nasional Abdul Shukor Husin di kantor Jabatan Kemajuan Islam (JAKIM), Putrajaya pada Rabu, 14 Juli 2010.
Menurut Abdul Shukor, fatwa ini diambil setelah Majelis Muzakarah Fatwa Nasional mengadakan tujuh kali pertemuan untuk membahas masalah ESQ. “Kami telah memperbincangkan sebanyak tujuh kali sejak April 2009 hingga yang terakhir 16 Juni 2010” katanya.
Pada Kamis, 12 September 2019, Ary Ginanjar menjelaskan bahwa lembaganya tak lagi menghadapi masalah di Malaysia. ESQ, kata dia, telah lama diterima oleh masyarakat di sana. Bahkan organisasi ulama atau Mufti disejumlah negara bagian di Malaysia mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan aktivitas ESQ dibolehkan karena tidak bertentangan dengan aqidah Islam.
Di antaranya adalah Mufti Johor, Mufti Negeri Kedah Darul Alam, Mufti Negeri Sembilan, Mufti Pahang, Mufti Negeri Perak dan Mufti Negeri Pulau Pinang. "Dulu ada salah pengertian. Alhamdulillah tak lama kemudian, masalah tersebut selesai dan sampai sekarang kami diterima sepenuhnya di Malaysia," kata Ary Ginanjar kepada Tempo.
Catatan:
Artikel ini mengalami perubahan pada Jumat, 13 September 2019 dengan penambahan penjelasan dari Muzakarah dan Ary Ginanjar, selaku pemilik lembaga ESQ.
FWH | ES