Nama Mohammad Noer Diusulkan Jadi Pengganti Nama Jembatan Suramadu
Sabtu, 17 April 2010 21:07 WIB
TEMPO Interaktif, Sampang - Syaifudin Noer, salah seorang putra dari almarhum Raden Panji Mohammad Noer, mantan Gubernur Jawa Timur, mengaku menerima beberapa usulan agar nama ayahnya dijadikan sebagai pengganti nama jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura.
"Ada yang usul, daripada nama jalan, kenapa nama Bapak tidak dijadikan nama jembatan Suramadu saja," katanya kepada Tempo di sela-sela pemakaman alrmarhum Moh. Noer di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Sabtu (17/4).
Syaifudin menyatakan pihaknya mengapresiasi usulan tersebut. Namun, ia menolak jika keluarga besarnya yang harus mengusulkan ide tersebut sebagai bentuk perhargaan kepada Moh Noer.
Selain itu, ia menambahkan, ada juga usulan agar Moh Noer diberi gelar pahlawan nasional. Sebab, dia pernah tercatat sebagai anggota TNI dengan pangkat kapten trip. "Kami tidak akan mengusulkan hal semacam itu, biarkan pihak lain saja," ujar Syaifudin.
Menurut dia, selama hidupnya Moh. Noer sudah mendapat kurang lebih 20 penghargaan, baik tingkat nasional maupun internasional. "Tanpa pengharagaan pun, orang tahu siapa Bapak," kata Syaifudin.
Dari sekian banyak usulan itu, usulan Bupati Bangkalan KH Fuad Amin Imron agar nama Moh Noer dijadikan nama jalan menuju jembatan Suramadu banyak mendapat respon positif. Wakil Bupati Sampang Fanan Haris mengaku setuju dengan usulan tersebut. Untuk merealisasikan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kepala daerah lainnya di pulau Madura. "Saya juga mendukung Pak Noer diberi gelar pahlawan," kata dia.
Menurut Fanan, usulan itu sangat tepat karena Moh Noer adalah penggagas pembangunan jembatan Suramadu, meski tidak banyak orang yang mengetahuinya. "Dulu namanya bukan Suramadu, Pak Noer menyebutnya Jawara (Jawa Madura)," kata dia.
Almarhum Moh Noer, yang bernama lengkap Raden Panji Haji Mohammad Noer, dimakamkan di pemakaman keluarga, di Desa Beller Desa Rong Tengah, tepat di depan Masjid Agung Sampang. Orang asli Sampang kelahiran 13 Januari 1918 itu wafat pada Jumat kemarin di Rumah Sakit Darmo Surabaya setelah tujuh bulan menjalani perawatan.
Sebelum dikebumikan, Moh Noer berwasiat agar jenazahnya dibawa ke Sampang melewati jembatan Suramadu dan agar dishalatkan terlebih dahulu di masjid Agung Bangkalan. Sebab, dia pernah menjabat Bupati Bangkalan selama dua periode. Pemakamannya dihadiri ribuan orang, baik pejabat dan ulama, termasuk sahabatnya KH Alawi Muhammad.
MUSTHOFA BISRI