Pertemuan dengan DPRD, kata Heru, penting untuk mengetahui sikap para wakil rakyat terhadap kebijakan pemerintah DKI Jakarta menempatkan patung Obama di ruang publik. "Kalau tidak ketemu solusi, kami akan tempuh class action," kata Heru.
Menurut Heru, pihaknya tidak menentang Amerika atau Obama secara pribadi. Melainkan mempertanyakan dasar kebijakan pemerintah DKI Jakarta menempatkan patung seorang tokoh di ruang publik. "Mekanismenya seperti apa, itu yang kami belum temukan," ujarnya.
Selama ini, kata Heru, masyarakat hanya menerima ketika pemerintah menempatkan patung seorang tokoh tanpa pernah mempertanyakannya. Jika yang patung tersebut adalah tokoh yang memang berjasa bagi Jakarta atau Indonesia, alias pahlawan, itu bukanlah masalah. "Tapi ini Obama. Dia siapa bagi Indonesia," ujarnya.
Heru melanjutkan, sebaiknya patung Obama tidak diletakkan di ruang publik melainkan di bekas sekolahnya, SD 01 Menteng atau di rumah tempat dulu ia tinggal. "Kalau ditempatkan di situ, kami tidak ada masalah," ujarnya.
Rencana menggugat keberadaan patung Obama, kata Heru, tidak main-main. "Kami sedang mencari dasar hukum yang paling pas untuk melakukan gugatan," ujarnya. Yang akan dipertanyakan adalah peraturan atau prosedur pemilihan dan penempatan patung. "Apakah sesimpel itu?" kata dia.
Sementara warga yang datang ke Taman Menteng tampaknya tidak menghiraukan adanya penolakan oleh penetang Patung obama. Beberapa orang bahkan berfoto-foto mengabadikan gambar bersama patung itu.
Grup penolakan patung Obama di situs Facebook semakin hari semakin bertambah. Sejak dibuat pada 12 Desember lalu, kini jumlah pengikutnya sudah mencapai lebih dari 36 ribu pengikut. Tiga hari lalu, pendukungnya ada 27 ribu orang.
Bahkan dua grup baru penentang keberadaan Patung Barack Obama di Taman Menteng juga muncul. Grup berbahasa Inggris tersebut digagas oleh Richard John McNamara, asal Irlandia. Pendukungnya berasal dari berbagai negara dan sudah berjumlah lebih dari 1.500 pendukung.
Satu grup lagi berbahasa Inggris dibuat oleh Mike Dammann yang baru dibuat dalam dua hari. Grup ini mengkhususkan untuk para pelajar dan baru beranggotakan tujuh orang pengikut.
Heru Nugroho, penggagas awal ide ini, menyatakan apresiasinya terhadap grup baru tersebut. Richard John McNamara, kata Heru, juga mengontak dia sebelum membuat grup tersebut. Namun Heru mengatakan visinya beda dengan grup berbahasa Inggris tersebut. "Spiritnya tidak sama," kata Heru melalui sambungan telepon.
Menurut Heru, grup berbahasa Inggris lebih diisi oleh orang-orang yang memang tidak suka terhadap Obama maupun kebijakan lainnya seperti perang Afganistan. "Mungkin mereka didukung oleh kaum Republikan yang memang berseberangan dengan Obama," ujarnya.
TITO SIANIPAR