Catatan Ekonomi KADIN Indonesia

Rabu, 30 Oktober 2024 16:35 WIB

(Dari kiri) Andi Rahmat/Koordinator Wakil Ketua Umum Bidang Politik, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia, Bambang Soesatyo, dan Anindya Bakrie. Indonesia bergabung dengan BRICS untuk memperkuat kerja sama ekonomi global dan menciptakan alternatif bagi sistem keuangan internasional yang didominasi dolar. Dok. MPR

INFO NASIONAL - BRICS adalah akronim dari Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Ini merupakan perhimpunan dari lima negara yang bertujuan memperkuat kerja sama diantara negara-negara anggotanya untuk perdamaian dan kesejahteraan bersama.

Akronim BRIC sendiri diperkenalkan oleh kepala ekonom Goldman Sachs, Jim O’neill pada 2001 yang pada gilirannya mendorong berhimpunnya Brazil, Rusia, India dan China untuk menjadikan akronim ini menjadi nama perhimpunan mereka. Belakangan di 2010, Afrika Selatan bergabung kedalam wadah perhimpunan ini.

Pada 2001, Jim O’neill menuliskan dalam makalahnya mengenai perkembangan ekonomi yang cepat dari Brazil, Rusia, India dan China yang pada gilirannya akan menjadi kompetitor bagi dominasi negara-negara anggota Group Of Seven atau G7. Jim 0’neill kemudian mengusulkan di dalam makalahnya agar negara-negara kelompok G7 mengajak dan memasukan negara-negara itu kedalam kelompok G7, demi menghindari kompetisi yang berpotensi merubah lanskap tata ekonomi dunia.

Identifikasi dini O’neil terhadap perkembangan aspirasi dari negara-negara BRIC ini dalam kancah ekonomi dunia nampaknya memang akurat. Belakangan, pengaruh dari perhimpunan ini dalam percaturan dunia Internasional terus meningkat. Bisa dikatakan, secara bertahap pengaruhnya hampir menyamai perhimpunan G7.

Kekuatan utama dari negara-negara anggota BRICS terletak dalam tiga aspek. Pertama, kombinasi Gross Domestic Product atau GDP lima negara anggotanya plus negara-negara yang belakang bergabung di 2024 mencapai 35 persen dari total GDP dunia. Sementara kombinasi GDP negara- negara G7 berkisar 30 persen GDP dunia.

Advertising
Advertising

Aspek kedua, kombinasi populasi penduduk dari negara-negara anggota BRICS mencapai 45 persem dari populasi dunia. Jauh diatas kombinasi populasi negara-negara G7 yang hanya 10 persen dari populasi dunia.

Aspek ketiga, 25 persen dari total transaksi perdagangan internasional dikuasai oleh negara-negara anggota BRICS. Dalam beberapa aspek yang berkaitan dengan penguasaan teknologi dan inovasi kritis juga didominasi oleh negara-negara anggota BRICS. Selain itu, proporsi penguasaan terhadap komoditi kritis dunia, baik itu berupa kekayaan mineral maupun ketersediaan sumber pangan dunia juga sangat besar dan berpengaruh.

Menurut kami, keinginan yang kuat dari negara-negara anggota BRICS untuk menata ulang tata keuangan global merupakan aspek strategis yang patut di perhatikan. Salah satu fokus utama dari BRICS dalam aspek ini adalah upayanya untuk mencapai kesepakatan dalam hal penggunaan sistem pembayaran transaksi lintas negara yang bisa menjadi alternatif bagi penggunaan sistem SWIFT dan di kontrol oleh G7, khususnya Amerika Serikat.

Dengan kombinasi tiga aspek yang merupakan keunggulan kompetitif BRICS, kesepakatan mereka untuk menciptakan sistem pembayaran lintas negara, merupakan faktor pengubah dalam konstelasi ekonomi dunia, dan tentu saja geopolitik dunia.

Kehadiran sistem pembayaran antar negara yang menjadi alternatif sistem SWIFT, akan menciptakan dualitas tata keuangan dan moneter dunia. Dampaknya akan sangat luas, struktural dan sistemik. Pertama, dampaknya terhadap sistem moneter dunia. Sejak perang dunia kedua dan sejak sistem uang fiat diperkenalkan menggantikan sistem bretton woods berbasis emas, dominasi dollar Amerika Serikat tidak tergantikan hingga saat ini.

Struktur neraca bank sentral berbagai negara, terutama struktur devisanya sangat terpengaruh oleh dinamika US$. Alasan US$ menjadi sangat kuat bukan hanya karena ditopang oleh kuatnya ekonomi AS. Tetapi merupakan hasil kombinasi antara, kekuatan ekonomi AS, dominasi USD dalam transaksi ekonomi lintas negara dan monopolinya terhadap sistem pembayaran dunia .

Inisiatif BRICS yang dimotori China untuk menghadirkan alternatif bagi SWIFT tentu akan merubah semua ini, cepat atau lambat. Tentu dengan catatan bahwa BRICS pun mampu menyepakati mengenai jenis mata uang yang akan mereka pergunakan di dalam sistem pembayaran yang baru itu.

Kedua, dampaknya terhadap tata perdagangan dunia. Ini menjadi perbincangan serius dikalangan ahli ekonomi. Hal yang menjadi pertanyaannya adalah apakah dengan dualitas sistem pembayaran dunia yang mungkin saja terjadi itu, pada ujungnya juga akan kemudian menciptakan dualitas tata perdagangan dunia?

Dalam skenario terburuk perbincangan ini, para ekonom mengingatkan kemungkinan terbentuknya fenomena decoupling of economic activity atau keterpisahan antara dua tata aktifitas ekonomi. Dimana secara bertahap negara-negara dalam menjalankan aktivitas ekonominya memilih untuk memperbesar volume ekonomi hanya pada satu sistem atau kelompok ekonomi, dan mengurangi secara drastis eksposurnya terhadap perekenomian negara yang tidak bergabung dengan sistem atau kelompok yang diikuti.

Belum lagi ditambah fakta akhir-akhir ini dimana kompetisi antara sebagian negara-negara BRICS dan G7 memang sangat intens. Dan dalam banyak hal tidak hanya terjadi di sektor ekonomi, tapi juga meluas kepada aspek politik, dan keamanan dunia. Skenario terburuk ini tentu sebijaknya dihindari. Karena itu, diperlukan upaya yang tepat dan matang dari para pemimpin negara untuk mengatasi ini.

Hendak kami tekankan di sini adalah sisi besarnya kemungkinan terbentuknya dualitas sistem ekonomi, bukan atas dasar ideologi ekonomi seperti dimasa lalu, dimana kapitalisme blok barat berhadapan dengan komunisme blok timur. Melainkan dualitas berdasarkan sistem pembayaran yang mendasari lalu lintas perekonomian dunia.

Dampaknya yang ketiga, juga akan terasa di sektor keuangan dunia. Baru-baru ini HSBC mengumumkan untuk mulai menggunakan Cross Border Interbank Payment System atau CIPS yang dimiliki oleh China. HSBC merupakan bank internasional pertama yang menggunakan CIPS diluar bank-bank China. HSBC memiliki aset sebesar US$ 3,038 trilliun dan beroperasi di lebih dari 60 negara. Seiring dengan perjalanan waktu, akan makin banyak perbankan global yang karena eksposurnya terhadap perekonomian BRICS akan turut menggunakan sistem ini.

Pasar hutang global juga demikian. Dapat diasumsikan bahwa kesepakatan BRICS dalam hal sistem pembayaran lintas negara akan mempengaruhi pasar hutang dunia. Sampai 2023, total hutang dunia mencapai US$ 307 trilliun.

US$ merupakan mata uang dominan dalam pasar/kontrak hutang dunia. Menurut satu studi yang dirilis oleh Bank of International Settlement (BIS) berjudul Dominant Currency Debt (Egemon Eren dan Semyon Malamud, 28 Maret 2022) dominasi US$ ini bukan merupakan keinginan investor, melainkan didorong oleh keperluan peminjam untuk melindungi peminjam dari resiko nilai tukar jangka panjang.

Nampaknya, dengan berbagai perkembangan politik dan keamanan dunia akhir-akhir ini, upaya untuk mengurangi dominasi Dollar sebagai dominant currency debt akan terus berlanjut. Mata uang selain US$ makin sering dipergunakan sebagai denominator hutang.

Patut dicatat negara-negara BRICS akhir-akhir ini semakin memainkan peran penting dalam pasar hutang dunia. China merupakan investor utama di pasar hutang dunia. Rusia dalam skala yang lebih kecil juga memainkan peran penting di pasar hutang negara-negara di Asia Tengah dan sebagian negara yang sedang bergejolak di Afrika. Demikian pula India yang makin aktif dalam memfasilitasi kontrak hutang dunia.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, yang kemudian disikapi oleh negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat, dengan memberikan sanksi ekonomi berupa pembekuan devisa Rusia, banyak negara-negara di dunia yang makin khawatir terhadap monopoli sistem pembayaran dunia oleh Amerika Serikat.

Menilik itu semua, pilihan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS merupakan pilihan tepat yang patut didukung. Sebagaimana lazimnya dalam berbagai even dunia, akan selalu ada reaksi balik dari negara-negara barat terhadap pilihan Indonesia ini. Terutama karena bergabungnya Indonesia kedalam BRICS akan makin memperkuat fondasi kekuatan kompetitif dan daya tawar BRICS.

Indonesia dengan kemungkinan masa depan perekonomiannya yang cerah memang mesti cermat dalam menyikapi perkembangan lanskap perekonomian dunia. BRICS menawarkan masa depan aliansi ekonomi yang menguntungkan bagi Indonesia. Tinggallah kini upaya-upaya diplomatik Indonesia guna meyakinkan negara-negara pendiri BRICS untuk terbuka dan mempercepat proses inklusi Indonesia. Semoga. (*)

*Penulis: Bambang Soesatyo dan Andi Rahmat/Koordinator Wakil Ketua Umum Bidang Politik, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia.

Berita terkait

5 Tips Sukses untuk UMKM yang Ingin Ekspansi Bisnis ke Asia

1 jam lalu

5 Tips Sukses untuk UMKM yang Ingin Ekspansi Bisnis ke Asia

Dengan persiapan matang, strategi yang tepat, dan dukungan solusi keuangan seperti Transfer Valas dari Livin' by Mandiri, UMKM dapat menjalankan transaksi internasional dengan cepat, efisien, dan aman.

Baca Selengkapnya

Masinton-Mahmud Janji akan Jalankan Pemerintahan Bebas Korupsi

1 jam lalu

Masinton-Mahmud Janji akan Jalankan Pemerintahan Bebas Korupsi

Calon Bupati dan Wakil Bupati Tapanuli Tengah nomor urut 2, Masinton Pasaribu-Mahmud Effendi Lubis (MAMA) berjanji jika terpilih dan diberi amanah akan menjalankan pemerintahan yang bebas korupsi dan pungutan liar (pungli).

Baca Selengkapnya

PNM Sukses Menggelar 2.000 Pelatihan Selama Bulan Inklusi Keuangan 2024

2 jam lalu

PNM Sukses Menggelar 2.000 Pelatihan Selama Bulan Inklusi Keuangan 2024

PNM terus berupaya mendukung visi besar pemerintah khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mempercepat akselerasi ekosistem keuangan yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Masinton Sebut Tapanuli Tengah Butuh Pemimpin yang Melayani Masyarakat

2 jam lalu

Masinton Sebut Tapanuli Tengah Butuh Pemimpin yang Melayani Masyarakat

Karena itu, Tapanuli Tengah butuh pemimpin visioner yang hadir sebagai pelayan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pemprov Papua Barat Bersama BPH Migas Lakukan Pembinaan dan Pengawasan Penyaluran JBT dan JBKP

2 jam lalu

Pemprov Papua Barat Bersama BPH Migas Lakukan Pembinaan dan Pengawasan Penyaluran JBT dan JBKP

Pemerintah Provinsi Papua Barat bekerja sama dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk pengendalian, pembinaan, dan pengawasan penyaluran Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu atau JBT dan Jenis BBM Khusus Penugasan atau JBKP kepada konsumen.

Baca Selengkapnya

Masinton Optimistis MAMA Bawa Perubahan untuk Tapanuli Tengah

2 jam lalu

Masinton Optimistis MAMA Bawa Perubahan untuk Tapanuli Tengah

Calon Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, mengatakan, pemilihan kepala daerah yang digelar serentak pada 27 November 2024 merupakan tonggak awal perubahan menuju Tapanuli Tengah baru naik kelas.

Baca Selengkapnya

Kabupaten Majene Lakukan Uji Coba Program Makan Bergizi Gratis

3 jam lalu

Kabupaten Majene Lakukan Uji Coba Program Makan Bergizi Gratis

Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat bersama Pemerintah Kabupaten Majene melaksanakan uji coba program makan bergizi gratis di SD Negeri 2 Kampung Baru dan SMP 2 Majene, pada Rabu, 30 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

WALI Penuhi Arahan Jokowi untuk Selesaikan Macet dan Banjir di Kota Malang

5 jam lalu

WALI Penuhi Arahan Jokowi untuk Selesaikan Macet dan Banjir di Kota Malang

Wahyu Hidayat selama ini dikenal sebagai ahli tata kota dan bersama Ali Muthohirin telah memiliki program prioritas yang dijalankan apabila terpilih di Pilwali Kota Malang 2024. Program unggulan itu adalah menyelesaikan masalah dasar perkotaan, seperti banjir, kemacetan, dan parkir.

Baca Selengkapnya

Lima Anak Muda Peraih Astra SATU Indonesia Award 2024

6 jam lalu

Lima Anak Muda Peraih Astra SATU Indonesia Award 2024

Astra kembali memberikan apresiasi penghargaan kepada anak muda yang berprestasi dan berinovasi untuk bangsa dan daerahnya melalui Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award ke-15 2024

Baca Selengkapnya

Perkuat Fundamental, BRI Catat Kinerja Positif di Triwulan III 2024

6 jam lalu

Perkuat Fundamental, BRI Catat Kinerja Positif di Triwulan III 2024

BRI fokus memperkuat fundamental kinerja dan membentuk ketangguhan sehingga selalu siap menghadapi berbagai tantangan

Baca Selengkapnya