TEMPO Interaktif, Yogyakarta – Peredaran uang palsu di Provinsi DIY meningkat dibanding tahun lalu. Peningkatan jumlah uang palsu yang beredar ini diduga kuat berkait dengan pelaksanaan pemilu legislatif dan pmelihan presiden.
“Sampai kuartal kedua 2009, jumlah uang palsu yang tercatat di Bank Indonesia adalah Rp 53,2 juta. Sementara uang palsu yang ditangani Bank Indonesia Yogyakarta selama tahun 2008 tercatat Rp 36,7 juta,” ungkap Pemimpin Bank Indonesia Yogyakarta, Tjahjo Oetomo, Jumat (3/7).
Uang palsu yang disebut Tjahjo tersebut adalah uang palsu yang dilaporkan oleh masyarakat atau pun polisi ke Bank Indonesia Yogyakarta. Artinya, sangat mungkin jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat jauh lebih besar dibanding data yang dilansirnya itu. Namun, Tjahjo tidak berani memastikan bahwa meningkatnya jumlah uang palsu yang beredar itu berkait dengan pelaksanaan pemilu leguislatif dan pilpres.
Menurut Tjahjo, jumlah uang palsu yang masuk ke Bank Indonesia Yogyakarta, terbesar pada bulan Januari 2009 yakni 313 lembar dan kemudian bulan Maret sebanyak 283 lembar. “Sementara bulan Juni 2009 hanya ada lima lembar uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Yogyakarta,” ungkapnya.
Berdasar nilai nominalnya, uang palsu terbanyak adalah pecahan Rp 100.000 emisi tahun 2004 yakni sebanyak 121 lembar di bulan Maret dan pecahan Rp 50.000 emisi 2005 sebanyak 161 lembar. “Hingga bulan Juni 2009 tercatat ada 432 lembar uang palsu pecahan Rp 100.000 dan 179 lembar uang palsu pecahan Rp 50.000. Sementara uang palsu pecahan Rp 20.000 tercatat ada 14 lembar,” jelasnya.
Untuk memperkecil jumlah uang palsu yang beredar di Yogyakarta, kata Tjahjo Oetomo, Bank Indonesia Yogyakarta secara rutin melakukan sosialisasi tentang deteksi uang palsu. Sasaran utama sosialisasi adalah mahasiswa dan pelajar. “Dengan sosialisasi ini diharapkan masyarakat bisa secara cepat mengenali keaslian uang, sekaligus mendeteksi adanya uang palsu,” ujarnya.