Disebut Termahal se-Asia Tenggara, SNI Beras Masih Bersifat Sukarela

Minggu, 25 Desember 2022 10:33 WIB

Ilustrasi beras putih. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Beras yang menjadi sumber makanan pokok di Indonesia memiliki banyak jenis dan beragam mutu, mulai dari premium hingga medium. Tentunya harga jenis beras satu dengan lainnya berbeda.

Laporan bank dunia menyebut, harga beras Indonesia termasuk paling tinggi di Asia Tenggara.

Di sisi lain, Indonesia punya ketentuan tentang standar kualitas beras. Acuan mutu beras melalui SNI 6128:2015, kemudian diperbaharui dengan SNI 6128:2020. Dilansir dari pertanian.go.id, SNI beras bersifat sukarela atau tidak wajib.

Baca : Bank Dunia Sebut Impor Kerek Harga Beras RI jadi Termahal di Asia Tenggara

Disarikan dari berbagai sumber, klasifikasi mutu beras di Indonesia dinilai dari sejumlah indikator. Penentuan klasifikasinya dimuat pada SNI 6128 tahun 2015 tentang Beras dan terdiri dari empat kelas beras, yakni beras premium, beras medium 1, medium 2, dan medium 3.

Advertising
Advertising

Secara garis besar, beras premium adalah beras dengan mutu paling baik. Sedangkan beras medium adalah beras dengan mutu baik, yang meliputi klasifikasi mutu baik 1, mutu baik 2, dan mutu baik 3.

Namun seiring berjalannya waktu, pada 2017 klasifikasi tersebut mengalami perubahan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI no. 31 tentang Kelas Mutu Beras menjadi dasar perubahan SNI Beras sebagai upaya pemutakhiran standar beras nasional. Perubahan ini kemudian melahirkan klasifikasi beras hanya terbagi dalam dua kelas, yakni premium dan medium.

Mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 57 tahun 2017 tentang penetapan HET beras, untuk beras medium ditetapkan HET berkisar Rp9.450 – Rp10.250 per Kg. Sedangkan HET beras premium per kilogramnya sekitar Rp12.800 – Rp13.600.

Yang menjadi pembeda antara keduanya ialah berdasarkan derajat sosoh, kadar air, beras kepala, beras patah, total butir beras lainnya yang terdiri atas butir menir, merah, kuning, rusak, kapur, butir gabah, dan benda lainnya.

Beras dengan persentase beras kepala atau butirnya hampir utuh hingga utuh lebih dari 95 persen dan derajat sosoh 100 persen tergolong dalam beras premium, sedangkan beras dengan persentase beras kepala kurang dari 95 persen makan disebut beras medium. Perbedaan utama kedua kelas beras tersebut hanyalah pada tampilan beras, utuh atau patahnya beras tersebut.

Disarikan dari pertanian.go.id, beras premium dan medium setelah dimasak akan menjadi nasi dengan tampilan yang tidak jauh berbeda karena beras kepala sudah tercampur dengan beras patah. Yang tampak berbeda ialah tampilan nasi akibat perbedaan derajat sosoh serta keberadaan butir merah, kuning atau bahkan rusak yang umumnya ditemukan dalam jumlah yang amat kecil.

Keduanya tak memiliki perbedaan gizi sebab dalam beras medium maupun premiun mengandung kandungan gizi utama yang sama.

Beras dengan derajat sosoh kurang dari 100 persen cenderung warnanya akan lebih gelap. Generasi terdahulu lebih suka dengan nasi dari beras dengan derajat sosoh kurang dari 100 persen sebab beras tersebut masih terdapat lapisan aleuron yang mengandung banyak zat gizi.

Selain itu sebagian besar konsumen menilai enak atau tidaknya nasi berdasarkan rasa dan teksturnya. Tekstur nasi amat dipengaruhi dengan kadar amilosa. Secara sederhana, semua varietas padi yang ditanam oleh petani, dikategorikan menjadi dua kelompok berdasarkan tekstur dan kadar amilosanya, yaitu beras pulen dan beras pera. Disebut beras pulen bila kadar amilosanya 17-25 persen, sedangkan beras pera bila kadar amilosanya lebih dari 25 persen.

ANNISA FIRDAUSI

Baca : Bapanas, Kemendag dan Kementan Bantah Laporan Bank Dunia Soal Harga Beras Indonesia Termahal se-ASEAN

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

3 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

15 jam lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

1 hari lalu

Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Jumat, 3 Mei 2024, dimulai dari harta kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang belakangan jadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

1 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

1 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

2 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

2 hari lalu

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

Jokowi mengatakan panen raya jagung terjadi mulai dari Sumbawa Barat, Dompu, hingga Gorontalo.

Baca Selengkapnya

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

4 hari lalu

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyalakan listrik di sektor agrikultur wilayah Kabupaten Sragen.

Baca Selengkapnya

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

4 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

8 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya