5 Fakta di Balik Kemenangan SBY dan JK Pada Pilpres 2004, Memicu Renggang dengan Megawati?

Selasa, 4 Oktober 2022 09:19 WIB

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wapres Jusuf Kalla usai pidato kenegaraan terkait HUT Kemerdekaan RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (14/08). Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini 18 tahun silam, tepatnya pada 4 Oktober 2004 merupakan hari bersejarah bagi Susilo Bambang Yudhoyono - Muhammad Jusuf Kalla atau dikenal sebagai duet SBY - JK yang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden periode 2004-2009.

Saat itu, Pilpres 2004 diikuti lima pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Wiranto dan Salahuddin Wahi, Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi, Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla, serta Hamzah Haz dan Agum Gumelar.

Dari hasil yang diperoleh, SBY - JK menang dan ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden setelah melakukan dua putaran pemilihan. Keduanya dilantik dalam sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 20 Oktober 2004.

Kemenangan SBY - JK 18 Tahun Lalu

Adapun beberapa fakta di balik kemenangan SBY-JK dalam Pilpres tahun 2004 ini, disarikan dari bebagai sumber.

  1. Pilpres Pertama Dipilih Langsung Rakyat

Pada 2004 memang bukanlah pemilu yang pertama kali diadakan, tetapi kemenangan SBY - JK sekaligus menjadi momen pesta demokrasi yang rakyatnya sendiri dapat memilih langsung pasangan presiden dan wakil presiden pasca reformasi. Hal ini sesuai dengan pedoman UU 23/2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, presiden dan wakilnya memang diputuskan melalui amanat DPR/MPR, sedangkan rakyatnya tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pemilihan tersebut. Sementara pada 1999 pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan terpisah.

  1. Dilakukan Dua Putaran

Seperti yang sudah disebutkan bahwa Pilpres 2004 dilaksanakan dengan melakukan dua putaran, yang diikuti oleh lima pasangan. Pada putaran pertama, SBY - JK unggul dengan perolehan suara 33,58 persen suara atau meraup sebanyak 36.070.622 pemilih. Kedua adalah Megawati - Hasyim Muzadi dengan perolehan suara 28.186.780 atau 26,24 persen.

Namun karena kelima pasangan tidak ada yang meraih suara lebih dari 50 persen, maka dilakukan putaran kedua yang diselenggarakan pada 20 September 2004. Pasangan yang dapat mengikuti putaran kedua ini adalah dua pasangan dengan nilai suara teratas.

Alhasil, putaran kedua ini semakin membuat SBY - JK menang telak dengan suara 69.266.350 atau 60,62 persen, sedangkan pesaingnya Megawati-Hasyim mendapat suara 44.990.704 atau 39,38 persen.

Dengan demikian, Partai Demokrat mencetak rekor baru sebagai partai baru yang berhasil mendapat 8.455.225 suara atau 7,45 persen dari total 113.462.414 suara sah. Sementara, posisi lainnya ditempati Partai Golongan Karya, PDI Perjuangan, PKB, dan PPP.

  1. Pelantikan Dihadiri Berbagai Pemimpin Negara

Fakta ketiga adalah sidang pelantikan SBY-JK yang turut dihadiri berbagai pimpinan negara sahabat. Acara ini diselenggarakan lewat Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat di Gedung DPR/MPR pada 20 Oktober 2004.

Para pemimpin yang datang di antaranya adalah Sultan Brunei Sultan Hassanal Bolkiah; Perdana Menteri Australia, John Howard; PM Timor Leste, Mari Bin Amude; PM Malaysia, Dato’ Seri Abdullah Ahmad Badawi; PM Singapura Lee Hsien Loong dan beberapa utusan khusus dari negara sahabat yakni Jepang, Korea Selatan, Belanda, Philipina, Thailand dan Vietnam.

  1. Sofyan Wanandi di Balik Ide Pencalonan SBY

Fakta selanjutnya adalah awal cerita dari pencalonan SBY - JK menjadi calon presiden. Dikutip dari Historia berdasarkan data dari buku biografi berjudul Sofjan Wanandi dan Tujuh Presiden karya Robert Adhi Ksp, pencalonan tersebut tidak terlepas dari ide Sofjan Wanandi selaku ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo

Sofyan Wanandi dikenal sebagai kawan lama SBY sejak menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada 1999. Sementara pengusulan capres sendiri bermula ketika ia menjadi pembicara bersama SBY dalam dalam Musyawarah Nasional Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) di Hotel Hard Rock, Bali, pada tahun 2003.

SBY yang saat itu menjabat sebagai menteri koordinator politik dan keamanan (Menkopolkam) pun meragukan dan menanyakan keseriusannya. Lalu Sofyan pun membenarkan dengan syarat wakil presiden dari kalangan pengusaha.

Sofyan lantas menawarkan dua nama pengusaha. Pertama, Aburizal Bakrie yang kala itu menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), dan kedua Menteri Koordonator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang saat itu dijabat oleh Jusuf Kalla. Singkatnya, Kalla yang terpilih menemani SBY untuk maju ke dalam pesta demokrasi tersebut.

  1. Hubungan Megawati dan SBY Renggang

Naiknya SBY sebagai kontestan pilpres pun membuat hubungan renggang dengan Megawati selaku mantan bos yang kemudian menjadi rival politiknya. Megawati menyayangkan sikap SBY yang seharusnya meminta izin dan konfirmasi kepada dirinya terlebih dahulu sebelum maju capres.

Bahkan efek hubungan tak sehati ini terasa ketika ia menjabat sebagia presiden. Suatu kali, SBY menghadiri pesta kesenian Bali di Denpasar, beberapa bulan setelah terpilih menjadi presiden pada 2004. Acara Presiden itu diboikot oleh sejumlah bupati yang berasal dari PDIP. Padahal menurut SBY, para bupati wajib loyal serta mendukung pemimpinnya siapa pun presidennya.

Dalam artikel Tempo berjudul Curhat SBY Soal Hubungannya dengan Mega, SBY mengaku telah mencoba memulihkan keadaan hubungannya dengan Megawati, namun beberapa kali juga tak membuahkan hasil. Keduanya pernah beberapa kali bertemu, antara lain saat wafatnya Taufik Kiemas dan di pemakaman Ani Yudhoyono.

FATHUR RACHMAN

Baca: Megawati Disebut Masih Penasaran Terhadap SBY

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Hasto PDIP Isyaratkan Belum Ada Momentum Tepat Pertemuan Megawati-Prabowo

1 jam lalu

Hasto PDIP Isyaratkan Belum Ada Momentum Tepat Pertemuan Megawati-Prabowo

Wacana pertemuan Prabowo-Megawati sudah dibicarakan sebelum lebaran Idulfitri pada 10 April 2024.

Baca Selengkapnya

Megawati: Saya Suka K-Pop, tapi Seni Budaya Indonesia Luar Biasa

3 jam lalu

Megawati: Saya Suka K-Pop, tapi Seni Budaya Indonesia Luar Biasa

Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri mengingatkan anak muda supaya memikirkan ulang seni budaya Indonesia.

Baca Selengkapnya

Megawati Kunjungi Pameran Seni Butet, Disambut Patung Kurus Mirip Petruk

5 jam lalu

Megawati Kunjungi Pameran Seni Butet, Disambut Patung Kurus Mirip Petruk

Didampingi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Megawati meninjau pameran bertajuk Melik Nggendong Lali dengan diterima oleh Butet Kartaredjasa.

Baca Selengkapnya

Soal Rencana Pertemuan Prabowo dan Megawati, Gerindra Sebut Tak Ada Masalah dengan PDIP

9 jam lalu

Soal Rencana Pertemuan Prabowo dan Megawati, Gerindra Sebut Tak Ada Masalah dengan PDIP

Sekjen Gerindra menyebutkan PDIP dalam banyak kesempatan menyatakan tidak punya masalah dengan Prabowo.

Baca Selengkapnya

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

10 jam lalu

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Klaim Tak Ada Komunikasi yang Mandek dengan PDIP

1 hari lalu

Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Klaim Tak Ada Komunikasi yang Mandek dengan PDIP

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengatakan tidak ada komunikasi yang macet antara Prabowo dengan PDI Perjuangan.

Baca Selengkapnya

26 Tahun Tragedi Trisakti 1998: Profil 4 Mahasiswa Jadi Korban dan Mendapat Gelar Pahlawan Reformasi

1 hari lalu

26 Tahun Tragedi Trisakti 1998: Profil 4 Mahasiswa Jadi Korban dan Mendapat Gelar Pahlawan Reformasi

26 tahun berlalu, Tragedi Trisakti terjadi saat 4 mahasiswa Universitas Trisakti gugur akibat tertembak peluru tajam aparat saat ikut demo mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

1 hari lalu

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

Anggota DPR AS dari Partai Republik, Cory Mills, pada Jumat mengatakan telah mengajukan pasal pemakzulan terhadap Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Sindiran Sukarno Bukan Milik Satu Partai Bisa jadi Batu Sandungan Pertemuan Prabowo dan Megawati

1 hari lalu

Sindiran Sukarno Bukan Milik Satu Partai Bisa jadi Batu Sandungan Pertemuan Prabowo dan Megawati

Pernyataan Prabowo bisa menjadi hambatan psikologi politik yang serius di kemudian hari, untuk menjalin hubungan dengan Megawati.

Baca Selengkapnya

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

2 hari lalu

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

Pemerintahan Joe Biden mengakui bahwa Israel kemungkinan menggunakan senjata yang disediakan AS tak sesuai hukum kemanusiaan di Gaza

Baca Selengkapnya