Duel Cornelis de Houtman dan Perempuan Aceh Laksamana Malahayati

Senin, 27 Juni 2022 17:01 WIB

Laksamana Malahayati. Wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 27 Juni 1596 silam, rombongan ekspedisi Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Banten. Itu adalah kali pertamanya Belanda berhasil menemukan jalur menuju Nusantara. Pada kedatangan yang kedua, Cornelis de Houtman berlabuh di Aceh. Di sanalah ia tewas di tangan Laksamana Malahayati.

Cornelis de Houtman boleh dibilang sebagai perintis penjajahan Belanda ke Nusantara. Sebelum berangkat ke Nusantara pada April 1595, Cornelis de Houtman terlebih dahulu mencari informasi tentang Nusantara di Lisboa. Ia menghabiskan waktu dua tahun melakukan investigasi sekaligus mencari informasi soal keberadaan Nusantara, seperti disebut George Masselman dalam bukunya The Cradle of Colonialism.

Setelah melakukan perjalanan dari 2 April 1595 hingga 27 Juni 1596 itu, akhirnya Cornelis de Houtman tiba di Banten. Awalnya Kesultanan Banten menerima rombongan ekspedisi dengan baik. Namun beberapa waktu kemudian, masyarakat menilai perangai orang asing itu tak menyenangkan. Mereka dianggap seenaknya keluar masuk kota Bangen.

Bahkan, selain Cornelis de Houtman yang tak menghargai Sultan Banten Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulqadir. Orang-orang Belanda juga memaksa pedagang pribumi menjual barang dengan harga rendah kepada mereka. Bekerja sama dengan Portugis, Sultan Banten akhirnya mengusir Cornelis de Houtman dan rombongan diusir dari Banten.

Duel Maut Cornelis de Houtman dan Laksamana Malahayati

Cornelis de Houtman kembali ke Nusantara pada pelayarannya yang kedua, bersama saudaranya, Frederick de Houtman. Bukan Banten tujuannya, kali ini Cornelis de Houtman berlabuh di Aceh. Namun dasarnya Cornelis de Houtman memang suka cari gara-gara. Di Aceh, ia berselisih dengan pihak kerajaan. Perselisihan ini berujung duel maut satu lawan satu. Cornelis de Houtman ditantang bertarung dengan pimpinan pasukan Inong balee, Malahayati.

Advertising
Advertising

Meski lawannya seorang pria, Malahayati ternyata mampu mengalahkan Cornelis de Houtman. Padahal kala itu Cornelis de Houtman bersenjatakan pedang. Sementara Malahayati menggunakan rencongnya. Pertarungan berlangsung di geladak kapal Cornelis de Houtman pada 11 September 1599. Tanggal ini dicatatkan sejarah sebagai hari kematian Cornelis de Houtman. Kapten itu tewas di tangan seorang perempuan Aceh ini. Malahayati kemudian mendapat gelar “Laksamana” untuk keberaniannya.

Pada Peringatan Hari Pahlawan pada 2017, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Laksmana Malahayati. Penganugerahan ini berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Selain Laksamana Malahayati, Gelar Pahlawan Nasional juga diberikan kepada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan Lafran Pane dari Yogyakarta.

Laksamana Malahayati sendiri merupakan seorang Muslimah dari kesultanan Aceh, yang menjadi laksamana perempuan pertama di dunia. Ia merupakan putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya, Laksamana Muhammad Said Syah merupakan putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam sekitar 1530 hingga 1539. Sementara ayah Sultan Salahuddin Syah adalah Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah, pendiri Kesultanan Aceh Darussalam.

Pada rentang 1585 hingga 1604, Malahayati memegang jabatan sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Kariernya di medan tempur berawal dari dibentuknya pasukan Inong balee atau janda-janda pahlawan yang telah syahid. Laksamana Malahayati sendiri kehilangan suaminya yang gugur dalam pertempuran melawan Portugis.

Saat kedatangan Belanda pada ekspedisi yang kedua, Malahayati memimpin armada laut dengan dua ribu orang pasukan “Inong balee”. Mereka berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada 11 September 1599. Untuk mengenang kepahlawanan Laksamana Malahayati, namanya ditabalkan sebagai nama pelabuhan laut di Teluk Krueng Raya, Aceh Besar. Selain itu, salah satu kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendalikelas Fatahillah milik TNI Angkatan Laut juga dinamakan KRI Malahayati.

Di Bandar Lampung, namanya digunakan sebagai nama kampus, yakni Universitas Malahayati. Pada 2021, Pemerintah DKI Jakarta menjadikan nama Laksamana Malahayati, sebagai nama salah satu jalan di ibu kota. Nama Laksamana Malahayati menggantikan Jalan Inspeksi Kalimalang sisi sebelah utara.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: Anies Ubah Nama Jalan Inspeksi Kalimalang Menjadi Jalan Laksamana Malahayati

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

14 jam lalu

Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

Anies Baswedan mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh karena telah memberi dukungan di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

21 jam lalu

Wakil Ketua DPRA Sebut Prabowo Bakal Kembalikan Dana Otsus Aceh 2 Persen

Wakil Ketua DPRA Safarudin mengatakan meski suara Prabowo di Pilpres 2024 kalah di Aceh, namun dia berkomitmen kembalikan dana otsus 2 persen.

Baca Selengkapnya

Anies-Muhaimin ke Aceh Meski Timnas Amin Sudah Bubar, Ada Apa?

1 hari lalu

Anies-Muhaimin ke Aceh Meski Timnas Amin Sudah Bubar, Ada Apa?

Anies-Muhamin dikabarkan menuju ke Aceh untuk mengikut agenda bersama meski Timnas Amin sudah bubar.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

2 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

2 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

2 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

2 hari lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya

Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

11 hari lalu

Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

Jumlah kapal pesiar sungai di Amsterdam meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2011.

Baca Selengkapnya

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

14 hari lalu

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?

Baca Selengkapnya

Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

14 hari lalu

Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

Tahun ini Amsterdam juga menaikkan pajak turis menjadi 12,5 persen untuk wisatawan yang menginap dan penumpang kapal pesiar.

Baca Selengkapnya