TEMPO Interaktif, Banda Aceh:Kepolisian Daerah Aceh, Jumat (5/9), secara resmi menyatakan 544 warga sipil di Aceh telah menjadi korban selama pemberlakuan darurat militer. Data itu terhitung sejak 19 Mei hingga 3 September tahun ini. Rinciannya, 319 orang tewas, 117 luka-luka serta 108 orang lainnya hilang. Juru bicara Polda Aceh, Kombes Pol Sayed Hoesaini di Banda Aceh, Jum'at, mengatakan, korban warga sipil sebagian merupakan korban tindak kekerasan GAM, terkena peluru nyasar dan akibat lain. Korban di antaranya berprofesi sebagai guru, pegawai negeri sipil, anggota Dewan, wartawan, pedagang, petani dan nelayan. "Tapi yang jelas semua mayat yang ditemukan oleh masyarakat dan aparat keamanan baik yang masih ada identitas maupun tidak, semuanya dimasukkan dalam kategori warga sipil, karena memang bukan prajurit TNI atau personel Polri," katanya. Sayed mengatakan, bisa saja diantara para korban terdapat anggota GAM. "Kemungkinan itu bisa saja ada, tapi karena tidak cukup bukti dia GAM sehingga tetap saja dimasukkan dalam kategori warga sipil," tegasnya. Sementara itu, Komandan Satgas Penerangan Penguasa Darurat Militer Aceh, Kolonel Laut Ditya Soedarsono mengklaim, sejak 19 Mei 2003 hingga 5 September, sudah 816 anggota GAM tewas, 607 ditangkap dan 466 menyerahkan diri. TNI/Polri, kata dia, berhasil menyita 346 pucuk senjata api berbagai jenis. Yuswardi A. Suud - Tempo News Room