Kitab Kuno Tantu Panggelaran: Asal Mula Gunung Semeru dan Tonggak Pulau Jawa

Reporter

Tempo.co

Senin, 6 Desember 2021 19:40 WIB

Luncuran awan panas Gunung Semeru terlihat dari Pronojiwo Lumajang, Jawa Timur, Ahad, 5 Desember 2021. Foto: Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Semeru mengalami erupsi pada Sabtu sore 4 Desember 2021. Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Candipuro mendeteksi getaran banjir lahar atau awan panas sejak pukul 14.47 WIB.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, menjelaskan getaran amplitudo maksimal 20 milimeter. “Getaran amplitudo maksimalnya 20 milimeter,” kata dia, Sabtu, 4 Desember 2021.

Gunung Semeru sendiri dianggap keramat oleh leluhur, bahkan dalam kitab kuno Tantu Panggelaran, Gunung Semeru atau Mahameru disebut sebagai tonggak penciptaan Pulau Jawa yang diangkat dari India agar senantiasa kokoh. Menurut kepercayaan orang India, gunung Meru berdiri di pusat dunia dan di atasnya bersinar bintang utara atau bintang kutub. Rakyat Ural-Altaic juga mengenal gunung pusat, Semeru, yang di atas puncaknya bintang utara ditetapkan.

Dosen Universitas Indonesia Turita Indah Setyani dalam studinya Myths and Kekinian, Study of the Text Tantu Panggelaran mengungkapkan, di Jawa, sejak zaman berkembangnya agama Hindu dan Buddha, gunung Mahameru dipercayai sebagai titik pusat alam semesta. Gunung Mahameru yang dimaksud adalah gunung dalam konsepsi ajaran Hindu.

Mulanya Mahameru terletak di benua Jambudwipa (India) sebagai pusat alam semesta yang merupakan tempat persemayaman para dewa. Benua Jambudwipa dicirikan dikelilingi tujuh lautan dan rangkaian pegunungan. Di tepi samudera terluar terdapat dinding pegunungan yang tidak dapat didaki manusia yang disebut Chakrawala atau Chakravan. Matahari, bulan dan bintang beredar mengelilingi puncak Mahameru yang menjulang tinggi. Dan konon di langit di atas puncak Mahameru terdapat tujuh lapisan surga.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Dalam Teks Tantu Panggelaran, diceritakan, ketika Batara Guru memerintahkan hyang Brahma dan Wisnu menciptakan manusia, pulau Jawa masih bergoyang dan bergerak berpindah-pindah lantaran belum terdapat gunung-gunung sebagai pengukuh. Oleh sebab itu, batara Guru bersemadi di Dihyang yang kini menjadi Dieng di pulau Jawa bersama batari Prameswari.

Setelah batara Guru lama bersemadi, ia memerintahkan para dewa, golongan resi, raksasa, bidadara, dan makhluk setengah dewa untuk memindahkah gunung Mahameru dari India ke pulau Jawa, agar pulau Jawa tidak bergoyang lagi dan menjadi kokoh. Batara Wisnu bertugas menjadi naga untuk memutar Mahameru, batara Brahma menjadi kura-kura sebagai alas untuk menggotongnya, dan batara Bayu sebagai dewa kekuatan bersama para dewa, golongan resi, raksasa, bidadara, dan makhluk setengah dewa tersebut mengangkat gunung Mahameru.

Setelah sampai di Pulau Jawa, gunung Mahameru diletakkan di bagian Barat. Tetapi pulau Jawa menjadi berat sebelah karenanya, akibatnya bagian barat menjadi turun dan bagian timur menjadi naik. Oleh karena itu, agar pulau Jawa menjadi seimbang, Mahameru kemudian dipangkas bagian atasnya dan dibawa ke timur. Sementara Bongkotnya tetap berada di barat bernama Gunung Kelasa.

Pada saat puncak gunung Mahameru dibawa ke arah timur, ada bagian-bagian yang berguguran dari gunung tersebut yang menjadi gunung-gunung pula. Tanah yang runtuh pertama menjadi Gunung Katong, yang kedua menjadi Gunung Wilis, yang ketiga menjadi Gunung Kampud, yang keempat menjadi Gunung Kawi, yang kelima menjadi Gunung Arjuna, dan yang keenam menjadi Gunung Kumukus.

Karena banyak tanah yang runtuh, puncak Gunung Mahameru menjadi ceruk, sehingga berdirinya agak condong ke bagian utara. Agar berdirinya kokoh, puncak Mahameru kemudian disandarkan ke Gunung Brahma. Puncak gunung tersebut diberi nama Pawitra.

Sementara, bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Siwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke Pulau Jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: Soe Hok Gie Embuskan Napas Terakhirnya di Gunung Semeru, 52 Tahun Lalu

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Banjir dan Longsor di Kabupaten Luwu Menewaskan 14 Warga

16 jam lalu

Banjir dan Longsor di Kabupaten Luwu Menewaskan 14 Warga

Kabupaten Luwu turut dilanda banjir dan longsor akibat hujan sejak Jumat dinihari, 3 Mei 2024. BNPB melaporkan 14 warga lokal meninggal dunia.

Baca Selengkapnya

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

17 jam lalu

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

Banjir merendam 33 desa di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Jumat, 3 Mei 2024, pukul 03.03 WITA.

Baca Selengkapnya

Kepala BNPB Sebut Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Ruang hingga 14 Mei

1 hari lalu

Kepala BNPB Sebut Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Ruang hingga 14 Mei

Kepala BNPB menyebutkan masa tanggap darurat erupsi Gunung Ruang di Pulau Ruang Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, hingga 14 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Jokowi Instruksikan Pendataan dan Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

1 hari lalu

Jokowi Instruksikan Pendataan dan Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi meminta pendataan penduduk terdampak erupsi Gunung Ruang dan persiapan tempat relokasi

Baca Selengkapnya

BNPB: Pemerintah Terus Upayakan Evakuasi 9.000 Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

2 hari lalu

BNPB: Pemerintah Terus Upayakan Evakuasi 9.000 Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Pemerintah akan mengambil langkah permanen untuk memindahkan permukiman warga, khususnya di Pulau Ruang, pulau utama di kaki Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Sebanyak 5.719 Warga Sekitar Gunung Ruang Belum Dievakuasi, BNPB: Butuh Tiga Hari

2 hari lalu

Sebanyak 5.719 Warga Sekitar Gunung Ruang Belum Dievakuasi, BNPB: Butuh Tiga Hari

Erupsi di Gunung Ruang masih berdampak pada terputusnya akses lalu lintas di tujuh bandar udara terdekat.

Baca Selengkapnya

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

2 hari lalu

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

BNPB meminta semua kebutuhan dasar masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang dapat segera dipenuhi.

Baca Selengkapnya

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

2 hari lalu

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

Sebanyak dua desa di Gunung Ruang di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, bakal dikosongkan.

Baca Selengkapnya

Alur dan Besaran Bantuan Perbaikan Rumah Korban Terdampak Gempa Garut dari BNPB

5 hari lalu

Alur dan Besaran Bantuan Perbaikan Rumah Korban Terdampak Gempa Garut dari BNPB

BNPB terus mengupayakan penanggulangan dampak gempa Garut.

Baca Selengkapnya

Hari Ketiga Usai Gempa Garut, 267 Rumah Warga Terdampak dan 11 Warga Terluka

5 hari lalu

Hari Ketiga Usai Gempa Garut, 267 Rumah Warga Terdampak dan 11 Warga Terluka

Sebanyak 267 rumah warga terdampak gempa yang terjadi pada Sabtu malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya