Mengapa Manusia Silver Semakin Banyak di Masa Pandemi?
Reporter
Tempo.co
Editor
Iqbal Muhtarom
Rabu, 29 September 2021 13:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Manusia silver makin mudah ditemukan di jalanan. Ini tentu berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, mengapa semakin banyak yang menjadi manusia silver?
Kakak beradik, Arya dan Azmi, memutuskan menjadi manusia silver setelah sebelumnya kehilangan pekerjaan sebahai teknisi pada suatu rombongan pasar malam keliling. "Karena pandemi, pasar malam nggak buka, otomatis kami nggak ada kerjaan lagi," kata Azmi, dalam Koran Tempo edisi 16 Februari 2021.
Sebelumnya menjadi manusia silver, mereka juga pernah menjajal peruntungan sebagai pengamen. Namun, melihat orang-orang bisa lebih mudah mendapat rezeki dengan menjadi manusia silver, mereka pun ikut mencoba menjadi manusia silver.
Begitu halnya dengan Tamara. Sejak 2014, ia menjual bambu Jepang di sekitar Terminal Lebak Bulus. Pandemi Covid-19 membuat terminal sepi dan dagangannya pun ikut sepi.
"Gak ada yang mau beli dagangan saya, saya butuh makan. Ya, mau gimana lagi? Saya nyoba peruntungan jadi manusia silver. Orang tahunya saya males kerja, masih muda tapi minta-minta. Mereka nggak tau cerita hidup saya," ujarnya, seperti yang dikutip Tempo dari laman kemensos.go.id, Minggu, 12 September 2021.
Manusia silver lainnya, Alfan, juga mengaku pekerjaannya sebagai sopir angkot menjadi sepi saat pandemi. Sebelum pandemi, ia bisa meraup 100 hingga 150 ribu rupiah sehari dari menarik angkot, tapi saat pandemi ia hanya bisa mendapat sekitar 30 ribu rupiah sehari.
"Bahkan untuk membeli susu anak-anak saya saja tidak cukup. Jadi, saya memutuskan menyopir angkot di pagi hari dan menjadi manusia silver di malam hari," ujar Alfan, yang dilansir Tempo dari laman Guardian, Jumat, 5 Februari 2021.
Covid-19, dilansir dari laman Reuters, Selasa, 9 Februari 2021, telah membawa resesi pertama di Indonesia setelah lebih dari dua dekade. Menyusutnya ekonomi telah menyulitkan jutaan orang di sektor informal.
Menjadi manusia silver adalah salah satu cara yang digunakan orang-orang untuk bisa bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara ini dipandang cukup mudah meski penuh risiko dikejar Satpol PP hingga risiko kesehatan akibat cat yang mereka guanakan.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Pensiunan Polisi di Semarang Jadi Manusia Silver, Berapa Gaji Pensiunan Polisi?