Drone Emprit Cium Kejanggalan di Balik Kehebohan Aisha Weddings

Reporter

Andita Rahma

Kamis, 11 Februari 2021 09:19 WIB

Ilustrasi pernikahan. (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, menilai ada kejanggalan di balik kehebohan munculnya situs jasa penyedia pernikahan anak bernama Aisha Weddings. Wedding Organizer (WO) itu ramai dibicarakan setelah menganjurkan perempuan muslim agar menikah dalam rentang usia 12-21 tahun dan tak lebih.

Kejanggalan pertama yang Fahmi kupas adalah situs Aisha Weddings pada 2018 dan sebelumnya, redirect ke aishaevents.com. Lalu lompat diperbaharui pada 2021.

Konten dalam situs juga baru diperbahurui pada 9-10 Februari 2021. "Namun, konten belum lengkap. Baru beberapa halaman yang terisi, seperti keyakinan tentang poligami, untuk Kaum Muda. Sedangkan bagian Layanan, Covid-19, kontak belum diisi. Sepertinya web ini baru dibuat, tapi keburu ketahuan," cuit Fahmi seperti dikutip Tempo pada Kamis, 11 Februari 2021.

Sebagai informasi, Tempo sudah meminta izin kepada Fahmi untuk mengutip analisanya terhadap Aisha Weddings ini.

Kemudian, hal kedua yang dicurigai Fahmi adalah cepatnya peluncuran jasa ini di beberapa daerah. Diketahui spanduk Aisha Weddings telah terpasang di sejumlah lokasi.

Advertising
Advertising

"Kalau spanduk ada, artinya sudah siap terima layanan. Apalagi ada email dengan domain. Tapi seperti saya paparkan di atas, konten belum lengkap," kata Fahmi.

Terkait kehebohan publik, Fahmi menilai Aisha Weddings cukup berhasil menyita perhatian. Sejak diunggah pada 9 Februari 2021, pengguna Twitter banyak yang berkomentar.

Fahmi mengatakan komentar yang paling populer adalah sebagian curiga ini bisnis. Di sisi lain, banyak yang percaya bahwa Aisha Weddings betul ada sehingga muncul tudingan ada penggunaan agama untuk perdagangan orang, bisnis seks, dan sebagainya.

Kehebohan ditambah dengan media massa yang turut mengulas soal perkawinan anak. Tak tanggung, sejumlah organisasi dan lembaga seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia, ikut memberikan pernyataan, bahkan siap mempolisikan WO tersebut.

Atas keramaian ini, Fahmi menyarankan agar tak diperpanjang. "Karena memang tidak jelas siapa yang membuat dan tujuannya sepertinya bukan sungguh-sungguh sebagai iklan jasa penyedia pernikahan profesional. Kita serahkan kepada kepolisian untuk mengungkap pelakunya biar tidak terulang," kata dia menyoal Aisha Weddings.

Baca juga: Bareskrim Selidiki Aisha Weddings, Penyedia Jasa Nikah di Bawah Umur

ANDITA RAHMA

Berita terkait

Indonesia Sumbang Pemain Judi Online Terbanyak, Sosiolog Unair: Faktor Salah Gaul

6 hari lalu

Indonesia Sumbang Pemain Judi Online Terbanyak, Sosiolog Unair: Faktor Salah Gaul

Dosen sosiologi Unair menyebut candu judi online di Indonesia dipicu berbagai faktor, salah satunya pergaulan negatif.

Baca Selengkapnya

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

26 hari lalu

Manfaatkan Libur Idul Fitri untuk Pengasuhan Maksimal Anak

KPAI meminta orang tua memanfaatkan momen libur Idul Fitri untuk memaksimalkan peran pengasuhan yang terbaik bagi anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

49 hari lalu

Cegah Perang Sarung dengan Mendorong Partisipasi Anak di Kegiatan Ramadan

KPAI menyarankan partisipasi anak dalam berbagai kegiatan Ramadan demi mencegah terjadinya kekerasan yang melibatkan anak, seperti perang sarung.

Baca Selengkapnya

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

51 hari lalu

Marak Perang Sarung, KPAI Imbau Pesantren hingga Ormas Bantu Arahkan Kegiatan Anak selama Ramadan

KPAI mengimbau pelbagai lembaga keagamaan, seperti pesantren, lembaga zakat, dan ormas Islam, membantu mengarahkan kegiatan anak selama Ramadan.

Baca Selengkapnya

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

55 hari lalu

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

Sepanjang awal 2024, KPAI mencatat ada 46 kasus anak mengakhiri hidup akibat kekerasan anak, yang hampir separuhnya terjadi di satuan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

56 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

58 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, KPAI Harap Proses Hukum Tetap Berjalan

Polisi tetapkan ibu kandung bunuh anaknya sendiri di Bekasi sebagai tersangka. KPAI mengambil tindakan cepat.

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

58 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi karena Bisikan Gaib, KPAI Minta Gangguan Kejiwaan Jangan Dianggap Aib

Kasus ibu bunuh anak di Bekasi menambah catatan anak menjadi korban saat diasuh orang dengan gangguan kejiwaan

Baca Selengkapnya

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

1 Maret 2024

Reaksi Kemenag, KPAI, dan PPPA soal Kasus Dugaan Penganiayaan Santri di Kediri

Kasus dugaan penganiayaan santri di sebuah pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur, menuai reaksi dari Kemenag, KPAI, dan PPPA. Apa reaksi mereka?

Baca Selengkapnya

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

29 Februari 2024

KPAI Akan Lakukan Pengawasan ke Kediri untuk Pastikan Pemenuhan Hak Keluarga Korban Santri yang Tewas Dianiaya Temannya

KPAI akan melakukan pengawasan ke Kediri bersama tim untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak anak dalam kasus ini.

Baca Selengkapnya