Bersama Selamatkan Ekonomi Kelautan

Sabtu, 19 Desember 2020 14:20 WIB

Dialog Industri yang ditayangkan secara langsung melalui kanal youtube tempodotco bertajuk Peningkatan Ekonomi dari Praktik Perikanan Berkelanjutan, Kamis (17/12)

INFO NASIONAL -- Generasi muda harus berjuang secara kolektif untuk mengingatkan pemerintah agar lebih serius menata laut Indonesia. Tata kelola yang buruk dipastikan akan mengancam ekosistem bahari dan kehidupan nelayan semakin sulit.

“Anak muda harus bergerak sama-sama, teriak lebih keras lagi. Aksinya harus kolektif, tidak bisa sendiri-sendiri lagi meminta pemerintah bertindak,” kata CEO Yayasan Econusa, Bustar Maitar dalam diskusi virtual “Peningkatan Ekonomi Dari Praktik Perikanan Berkelanjutan” pada Kamis, 17 Desember 2020.

Dari pengalamannya berkeliling ke wilayah Indonesia Timur, Bustar kerap melihat kapal trawl dan cantrang sedang dipersiapkan untuk kembali melaut. Hal ini sebelumnya dilarang oleh Menteri Kelautan dan Perikanan di periode sebelumnya. “Kerja susah payah yang dibangun Susi buyar dan amburadul dalam satu tahun ini,” ujarnya.

Kehadiran kembali kapal-kapal besar tersebut dikhawatirkan membuat nelayan tradisional semakin sulit menangkap ikan. Pada medio Juni lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan berniat merevisi perizinan delapan alat tangkap baru termasuk cantrang. Delapan alat tangkap ikan itu disusun berdasarkan hasil kajian sebagai tindak lanjut Menteri KP Nomor B.717/MEN-KP/11/2019 Tentang Kajian terhadap Peraturan Bidang Kelautan dan Perikanan.

Menurut Bustar, negara harusnya mendukung nelayan, bukan sebaliknya mementingkan oligarki atau modal besar yang ingin menguasai laut. Apalagi pemberlakuan UU No. 11 Tahun 2020 atau UU Cipta Kerja diduga akan berdampak pada lingkungan hidup.

UU Cipta Kerja memperbolehkan kapal asing menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif berdasarkan perjanjian dua negara. Karena ketentuan ini, UU tersebut mendapat sorotan serius dari pegiat lingkungan. Kerusakan di sekitar perairan laut sangat serius. Sekitar 33 persen dari total luas hutan mangrove (bakau) seluas 24.073 kilometer persegi, rusak parah. Padahal Indonesia sebagai negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia .

Advertising
Advertising

“Kalau kita lihat ranking Indonesia dalam pelaksanaan SDGs dunia (tujuan pembangunan berkelanjutan), kita ada di peringkat 101 dari 166 negara. Dari 17 goals, belum ada yang nilainya berwarna hijau, artinya kita banyak pe-er serius,” kata Mas Ahmad Santosa, CEO Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI).

Rusaknya kondisi hutan mangrove selaras dengan pandangan para nelayan yang menilai tahun ini adalah yang terburuk sepanjang sejarah. “Pembuangan limbah, pertambangan, kerusakan hutan mangrove, semua ini mempengaruhi nelayan sehingga jadi kemiskinan terstruktur,” ujar Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Susan Herawati.

Menurut Susan, ada tiga masalah serius yang dihadapi nelayan saat ini. Yakni krisis iklim berupa ombak tinggi yang menyulitkan melaut, kerusakan alam oleh manusia, dan masalah sosial ekonomi politik. “Jadi, kita bingung mau bicara soal pembangunan berkelanjutan. Kalau melihat di atas kertas sih bagus, tetapi pelaksanaannya tergantung dinamika politik,” katanya.

Untuk membangun ekonomi yang berkelanjutan, pemerintah diminta belajar dari pengalaman masa lalu. Pada era 2000-an, Pemerintah AS mengeluarkan larangan terhadap ekspor udang dari Indonesia karena ditemukan bukti-bukti penangkapannya menggunakan kapal trawl yang tidak ramah terhadap penyu.

Kunci utama untuk meningkatkan ekonomi kelautan adalah pemerintah harus tegas dan terbebas dari praktik-praktik yang tak ramah lingkungan serta konsisten terhadap kebijakan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Kasus ekspor benih lobster yang menyebabkan Menteri KKP Edhy Prabowo tersangkut kasus hukum patut menjadi pelajaran berharga. “Pe-er besar pemerintah saat ini adalah mengembalikan kepercayaan publik. Masalah kelautan ini perlu sumber daya yang konsisten terhadap kelautan,” kata Peneliti Ekonomi Kelautan Suhana.(*)

Berita terkait

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

5 jam lalu

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

Pengambilan formulir ke PKB, Nasdem, hingga PSI.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

10 jam lalu

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran, serta peran pegawai Mandiri untuk menerapkan ESG dalam operasional perseroan.

Baca Selengkapnya

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

10 jam lalu

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

Dividen sebesar Rp 178,50 per lembar saham tersebut akan diberikan pada 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

11 jam lalu

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

Hasil survei Digital Civility Index oleh Microsoft tahun 2020, menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling 'tidak sopan' di kawasan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

13 jam lalu

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.

Baca Selengkapnya

Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Masuk Tahap Wawancara Nasional

14 jam lalu

Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Masuk Tahap Wawancara Nasional

Paritrana Award merupakan apresiasi untuk mendorong terwujudnya universal coverage perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

14 jam lalu

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi akan berkunjung ke Kota Cilegon. Penggunaan aspal plastik dapat menjadi contoh implementasi pengolahan sampah.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Apresiasi Kiprah Asia Cargo Network

14 jam lalu

Bamsoet Apresiasi Kiprah Asia Cargo Network

Di balik sukses ACN, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi. Termasuk tingginya harga avtur di Indonesia.

Baca Selengkapnya

GBI Keluarga Allah Sumbang Dua Lukisan ke Lapas Salemba

1 hari lalu

GBI Keluarga Allah Sumbang Dua Lukisan ke Lapas Salemba

Lukisan Yesus dibuat oleh seniman Sony Wungkar.

Baca Selengkapnya

PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital

1 hari lalu

PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital

Semua holding Ultra Mikro telah mempersiapkan berbagai enabler yaitu rekening Simpedes UMI, AgenBRILink Mekaar, dan Senyum Mobile

Baca Selengkapnya