Ritual Digelar Karena Warga Berhubungan Seks dengan Sapi
Senin, 20 Oktober 2008 15:07 WIB
TEMPO Interaktif, Singaraja: Ribuan warga Buleleng, Bali, pada Senin (20/10), membakar kandang tempat seorang warga berhubungan seks dengan sapi betina Agustus lalu.
Ribuan warga desa Julah, Kecamatan Tejakaula, Kabupaten Buleleng, Bali, melakukan pemusnahan kandang sapi itu sebagai bagian upacara keagamaan untuk membersihkan tempat yang ternoda karena tindakan cabul yang tidak lazim pada Agustus silam itu.
Pada bulan itu, seorang warga setempat, Ketut Sutarya, 63 tahun, kepergok sedang berhubungan seks dengan seekor sapi betina dalam kandang itu. Tindakan itu menodai tempat itu.
Menurut Sutarya, yang diharuskan melakukan upacara, pada pertengahan Agustus itu ia bermaksud menebang pohon pepaya untuk makanan sepasang sapi yang ia miliki. Saat melangkah ke kebun itu, ia melihat sapi betina milik keponakannya, Nengah Naliana, yang berada di dalam kandang.
Sutarya, yang sudah memiliki cucu itu, mengaku melihat sapi itu sebagai gadis cantik yang sedang memanggil-manggil dirinya. Syahwat Sutarya bangkit.
Tanpa pikir panjang, kain yang dia pakai disingkap lalu sapi itu disetubuhi.
Selama hubungan terjadi, sapi tersebut tetap jinak selama disetubuhi, dalam posisi rebah karena keempat kakinya teretekuk. "Setelah selesai melakukan itu, barulah saya sadar bahwa yang saya ajak adalah sapi," katanya.
Saat perbuatan tidak lazim itu terjadi, tetangganya, Nyoman Lunas, melihat. Lunas sempat memanggil Ketut Kita, ibu rumah tangga di sana, untuk ikut menyaksikan. Kabar ini dengan cepat menyebar.
Tiga hari setelah kejadian, warga adat melakukan pertemuan untuk membahas kasus tersebut. Hasil musyawarah adat memutuskan Sutarya harus menggelar upacara pembersihan wilayah yang disebut "pecaruan".
Dalam pecaruan tersebut, sapi berikut kandangnya mesti dilenyapkan. Kandang dilenyapkan dengan cara membakar, sementara sapinya dilarung ke laut dengan terlebih dahulu dilakukan upacara.
Upacara dimaksud dipercaya masyarakat akan mampu meningkatkan status atau kualitas roh sapi sehingga bila menjelma kembali kelak penjelmaannya bisa lebih baik dari keadaan sekarang. Karenanya, pada Senin (20/10), warga melakukan serangkaian upacara untuk membersihkankan.
Ketua Adat Desa Julah, Ketut Sidemen, menjelaskan, ritual yang dilaksanakan oleh Ketut Sutarya adalah sebuah keputusan yang dikeluarkan para tetua adat di sana. Nama ritual itu, pecaruan, diputuskan bersama lewat musyawarah.
Prosesi upacara pecaruan itu diawali dengan membakar kandang sapi yang berukuran sekitar delapan meter persegi dilanjutkan bersembahyang di Pura Dalem Desa Julah.
Nasib sapi "teman kencan" itu lebih malang. Ia ditenggelamkan ke laut karena tidak ada warga yang berani memelihara. "Khawatir nanti kembali memakan korban lagi. Sebab sapi itu kami nilai punya kekuatan khusus," kata Ketut Sidemen.
Made Mustika