Survei: Persepsi Publik Bergeser dari Kesehatan ke Ekonomi

Selasa, 21 Juli 2020 13:50 WIB

Petugas kebersihan menyemprotkan cairan disinfektan di area Pasar Asem Reges, Jakarta Barat, Selasa 21 Juli 2020. Pengelola Pasar Asem Reges menutup sementara pasar tersebut dari Senin (20/7) hingga Rabu (22/7) menyusul satu orang pedagang terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan hasil tes usap (swab test). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan ada pergeseran opini publik terkait Covid-19 dari dimensi kesehatan ke dimensi ekonomi. Burhanuddin mengatakan pergeseran dimensi ini terjadi selama dua bulan terakhir secara signifikan.

"Ada perubahan yang luar biasa selama dua bulan terakhir yang membuat masyarakat sepertinya mulai bergeser dari dimensi public health ke dimensi ekonomi," kata Burhanuddin dalam rilis virtual, Selasa, 21 Juli 2020.

Burhanuddin menyatakan pergeseran ini tertangkap dari sigi Indikator pada 13-16 Juli 2020 terhadap 1.200 responden. Menurut Burhanuddin, sebanyak 57 persen responden menganggap keadaan ekonomi nasional buruk dan 12,2 persen menganggap ekonomi sangat buruk.

Meski begitu, angka ini menurun dibanding sigi pada Mei yang mencatat 81 persen responden menganggap kondisi ekonomi nasional buruk.

Dari sisi ekonomi rumah tangga, sebanyak 71,5 persen responden menyatakan ekonomi lebih buruk di bulan Juli ini. Tren ini pun menurun dari bulan Mei, di mana sebanyak 83,7 persen responden menganggap ekonomi rumah tangga lebih buruk.

Advertising
Advertising

Begitu pula dari sisi pendapatan rumah tangga setelah pandemi. Sebanyak 75,7 persen responden menyatakan pendapatan rumah tangga menurun setelah pandemi dan 20,1 persen menyatakan pendapatannya tetap.

Pada Mei lalu, responden yang menyatakan pendapatannya menurun sebesar 86,1 persen, sedangkan hanya 12,7 persen yang menyatakan pendapatannya tetap.

Dari sisi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sigi teranyar Indikator mencatatat 60,6 persen responden menyatakan PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi segera berjalan. Hanya 34,7 persen yang berpendapat sebaiknya PSBB dilanjutkan agar penyebaran Covid-19 bisa diatasi.

"Saat ini antara kesehatan masyarakat dan perekonomian tampak lebih berimbang," kata Burhanuddin.

Pada Mei 2020, mayoritas atau 60,7 persen responden berpendapat pemerintah sebaiknya memprioritaskan masalah kesehatan. Sedangkan 33,9 persen menyatakan agar masalah ekonomi menjadi prioritas.

Tren ini berbalik pada sigi bulan Juli yang mencatat sebanyak 47,9 persen responden meminta pemerintah memprioritaskan masalah perekonomian dan 45 persen responden meminta masalah kesehatan menjadi prioritas.

Survei ini dilakukan melalui telepon terhadap 1.200 responden yang diacak dari data responden survei tatap muka langsung Indikator pada Maret 2018-Maret 2020. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin of error plus minus 2,9 persen.

Berita terkait

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

4 jam lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya