Peneliti Kembangkan Deteksi Online Risiko Penularan Covid-19
Reporter
Friski Riana
Editor
Amirullah
Rabu, 3 Juni 2020 10:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok peneliti dari Indonesia bekerja sama dengan tim internasional mengembangkan alat deteksi online yang dapat memperkirakan risiko seseorang tertular dan menularkan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
“Kami membuat tes online ini berdasarkan ilmu perubahan perilaku yang merupakan cabang dari ilmu psikologi,” kata peneliti dari Universitas Brawijaya, Ratri Nurwanti, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 3 Juni 2020.
Ratri menjelaskan pengguna tes akan memperoleh perkiraan risiko sejauh mana dirinya dapat tertular atau menularkan virus corona. Ada tiga faktor yang diukur, yaitu menjaga kebersihan tangan, menjaga jarak aman di tempat umum, dan perilaku tetap di rumah atau menghindari keramaian.
Berdasarkan estimasi risiko tersebut, pengguna akan mendapatkan rekomendasi apa yang seharusnya dilakukan dan dihindari, serta alasannya. “Tes ini diharapkan mampu mengurangi risiko masyarakat terpapar virus corona serta mencegah penularannya kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya,” kata dia.
Menurut Ratri, data dari tes online akan dibandingkan dengan data dari seluruh dunia, kemudian digunakan sebagai rekomendasi bagi pemerintah dan organisasi kesehatan lainnya. Sehingga, mereka dapat membuat kebijakan yang sesuai.
Semakin banyak masyarakat yang menggunakan tes ini, kata Ratri, akan semakin akurat penilaian risiko yang diperoleh. Rekomendasi dari tes ini juga bisa membantu pemerintah dan organisasi kesehatan lainnya dalam mengevaluasi dan memperbaiki informasi pencegahan penularan Covid-19.
Alat tes online ini dapat diakses di https://your-covid-19-risk.com/#allvolunteers. Ratri mengatakan, alat tes online ini baru akan resmi diluncurkan di Indonesia pada 6 Juni 2020, dengan menyediakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Penggagas utama alat tes online ini adalah Gjalt-Jorn Peters dari Maastricht University, Belanda. Pengembangan alat tes online ini melibatkan sejumlah peneliti dari berbagai negara.
Selain Ratri dari Universitas Brawijaya, peneliti Indonesia yang terlibat, di antaranya Astin Sokang dari UKRIDA, Sali Rahadi Asih dari UI, Andrian Liem dari University of Macau, dan Triana Kesuma Dewi dari UNAIR. “Semuanya dari jurusan Psikologi,” ujar Ratri.