Cerita Veronica Koman Soal Kepedulian Glenn Fredly untuk Papua
Reporter
M Yusuf Manurung
Editor
Kodrat Setiawan
Kamis, 9 April 2020 05:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pegiat Hak Asasi Manusia Veronica Koman menganggap Glenn Fredly Deviano Latuihamallo sebagai sosok yang sangat konsisten menyuarakan isu seputar kemanusiaan. Khususnya untuk Papua.
"Saya sangat kehilangan. Karena sangat jarang ada seniman papan atas yang berani bersuara untuk perdamaian di Papua," ujar Veronica Koman kepada Tempo pada Rabu petang, 8 April 2020.
Veronica berujar, meski tergolong seniman papan atas, Glenn tetap mengedepankan nurani dibandingkan kariernya sendiri. Suami dan ayah dari Mutia Ayu dan Gewa tersebut dianggap berani memperjuangkan isu-isu yang tergolong tidak populis.
Selain tentang Papua, isu lain yang disuarakan Glenn di antaranya adalah penyelesaian kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir Said Thalib. Kemudian ihwal tahanan politik Maluku, penolakan reklamasi Teluk Benoa, Save Aru hingga penyegelan terhadap Gereja GKI Yasmin. Khusus untuk Papua, Veronica memiliki pengalaman yang bisa menggambarkan kepedulian dari Glenn.
"Dia pernah hubungi saya dua kali, tanya apa yang bisa dibantu ketika sedang terjadi penangkapan massal terhadap mahasiswa Papua atas peristiwa yang berbeda," kata Veronica.
Dalam wawancara dengan Tempo, Ahad, 1 April 2012 lalu, Glenn sempat menceritakan keprihatinannya terhadap Papua yang kerap diselimuti konflik berdarah. “Melihat Indonesia timur, seperti Papua, seperti melihat apa yang diceritakan dalam film Avatar,” kata dia.
Menurut Glenn, persamaan itu terletak pada persoalan pengakuan identitas, yang kemudian merambah pada perjuangan menuntut kesetaraan, keadilan atas tanah, dan Bumi sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.
“Hari ini pembukaan lahan-lahan untuk investasi, pertambangan, masih berlangsung dan semakin menyingkirkan masyarakatnya, juga identitas lokalnya,” kata Glenn.
Pelantun lagu Akhir Cerita Cinta itu berujar, kepentingan yang masuk ke Papua tidak pernah dibarengi dengan kerja sama dan kolaborasi masyarakat setempat. Hasil yang didapat dari sana disetor ke Jakarta dan asing.
Terkait Bintang Kejora yang kerap dihadapkan dengan tindakan represif yang berujung kekerasan, Glenn berujar bahwa sebenarnya simbol tersebut berangkat dari sebuah semangat damai. Menurut dia, di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Bintang Kejora dianggap sebagai simbol budaya.
"Dan tak terjadi apa-apa. Tapi sekarang itu dimaknai sebagai simbol perlawanan,” ujar Glenn.
Pada Rabu petang, 8 April 2020 pukul 18.00, Glenn Fredly menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Setia Mitra, Fatmawati, Jakarta Selatan. Musisi berumur 44 tahun tersebut meninggal karena sakit radang selaput otak atau meningitis.
M YUSUF MANURUNG | PRIBADI WICAKSONO