Kampung Segeram; Natuna dan Sejarah yang Terlupakan

Reporter

Halida Bunga

Editor

Amirullah

Sabtu, 28 September 2019 10:06 WIB

Makam bersejarah Jati Melayu menjadi satu-satunya peninggalan sejarah yang kini masih dirawat oleh penduduk Kampung Segeram, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Tempo/ Halida Bunga

TEMPO.CO, Jakarta - Sejarah dan budaya Melayu di Kampung Segeram, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, kian dilupa, terkikis peradabannya sendiri. Keterbatasan akses jalan darat, listrik, telekomunikasi, dan pendidikan telah membuat Segeram ditinggalkan penghuninya yang kini tersisa 32 Kepala Keluarga.

Tokoh masyarakat kampung Segeram, Heru Diwan Arpas, berusaha menceritakan sisa-sisa peninggalan leluhurnya kepada Tempo pada Senin sore, 23 September 2019. "Ini kampung tertua, kampung sejarah Natuna," katanya mengawali cerita.

Pemuda 30 tahun yang baru menyelesaikan studi di Universitas Maritim Raja Ali Haji itu menjelaskan, budaya dan adat-istiadat Melayu di Segeram telah luntur sejak awal 2000. Tradisi yang masih bertahan dan tersisa hanya tradisi lokal di bidang keagamaan, seperti Maulid Nabi dan tahun baru Islam. "Di sini dulu ada tarian Melayu, tapi sekarang hilang. Baju adat hilang, karena baju biasa yang di luar sudah mulai masuk, jadi berkurang," katanya.

Selain budaya dan adat yang luntur, pecahan keramik zaman lampau yang bisa ditemui di jalanan kampung, seperti piring dan sendok, tak terurus. Heru menyebut tak ada warga yang mau memungutnya karena tak tahu sejarahnya, apalagi cara merawat dan mengelolanya. Namun di balik itu semua, ada sebuah peninggalan sejarah yang kini tengah dirawat dan dijaga oleh Heru dan sejumlah warga Segeram.

Heru bercerita, Segeram memiliki 7 lokasi makam bersejarah nan unik. Tak ada duanya di Natuna, katanya. Makam itu bernisankan batu karang putih berpori-pori, diukir sedalam 5 cm membentuk pola. "Makam itu sejarah yang terlupakan. Sekarang kami mau coba bangkitkan kembali sejarah itu bahwa Natuna punya sejarah yang dimulai dari Segeram," katanya.

Advertising
Advertising

Dermaga di pesisir Kampung Segeram menjadi tempat kapal Feri berlabuh, menaikkan dan menurunkan penumpang masuk dan keluar kampung Segeram, kabupaten Natuna. Tempo/Halida Bunga

Berdasarkan penelusuran Tempo, tujuh lokasi makam itu tersebar tak terlalu berjauhan. Masing-masing lokasi terdiri dari dua kuburan yang berdampingan. "Itu makam kami sama sekali enggak tahu siapa, kerajaan apa, tahun berapa. Enggak ada tertulis apa-apa juga," ujar Heru.

Terkait asal muasal Natuna, masih beredar di masyarakat sebuah cerita rakyat berjudul Putri Melayu Jati. Wijaya, Ketua Umum Pengurus Pusat Forum Komunikasi Guru Ilmu Pengetahuan Sosial PGRI mengatakan kebenaran dalam kisah itu bias. "Belum tahu kebenarannya karena itu perspektif yang harus digali maknanya. Perlu pengkajian," kata Wijaya kepada Tempo pada Selasa, 24 September 2019 di Kampung Segeram.

Wijaya menjelaskan, Segeram termasuk kategori sejarah lokal yang menurutnya jarang dieksplorasi. "Kalau dibiarkan tidak ada yang menulis sejarah, maka missing link. Kehilangan kebudayaan," kata Wijaya. Kekhawatiran Wijaya akan hilangnya budaya, adat-istiadat dan sejarah Segeram bukan tanpa alasan.

Penurunan jumlah penduduk di Segeram turut berkontribusi menghentikan budaya tutur. Jika aspek sejarah dan budaya tak diperhatikan, masyarakat akan melakukan mobilitas sosial dan pindah mencari kehidupan yang lebih baik.

"Aspek sejarah penting sebagai identitas, kebanggaan dan kehormatan. Mengapa? Karena dia akan tahu dari mana dia berasal dan apa saja yang harus dilakukan untuk tempat kelahirannya," ujar Wijaya.

Wijaya menegaskan, Segeram harus hidup. Meski adat dan budaya Melayu sudah hilang, hal itu dapat digali, ditumbuhkan lagi dengan kajian akademis dan keterlibatan sejarawan, antropolg dan sosiolog. Hal ini memungkinkan jika nantinya Segeram menjadi kampung adat. "Tapak sejarah Natuna lah yang jadi alasan dibuatnya kampung adat," ujarnya.

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

8 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

10 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Luhut Optimistis Pengalihan FIR dari Singapura ke Indonesia Berdampak Positif

39 hari lalu

Luhut Optimistis Pengalihan FIR dari Singapura ke Indonesia Berdampak Positif

Menteri Luhut Binsar Pandjaitan optimistis bahwa pengalihan FIR dari Singapura ke Indonesia berdampak positif.

Baca Selengkapnya

Ambil Alih Pengaturan Ruang Udara di Natuna dari Singapura, RI Masih Kuasai FIR Australia dan Timor Leste

39 hari lalu

Ambil Alih Pengaturan Ruang Udara di Natuna dari Singapura, RI Masih Kuasai FIR Australia dan Timor Leste

Indonesia mengambil alih pengaturan ruang udara di Kepri dan Natuna dari Singapura, namun masih menguasai FIR wilayah Australia dan Timor Leste

Baca Selengkapnya

Pengaturan Ruang Udara Kepri dan Natuna Ditangani Indonesia setelah 78 Tahun Dikelola SIngapura

39 hari lalu

Pengaturan Ruang Udara Kepri dan Natuna Ditangani Indonesia setelah 78 Tahun Dikelola SIngapura

Pengaturan ruang udara dan informasi penerbangannya (FIR) di wilayah Kepulauan Riau dan Natuna resmi diatur Indonesia setelah 78 ditangani Singapura

Baca Selengkapnya

BMKG: Gelombang Tinggi hingga 6 Meter Masih Berpotensi di Perairan Natuna

13 Februari 2024

BMKG: Gelombang Tinggi hingga 6 Meter Masih Berpotensi di Perairan Natuna

Gelombang tinggi kisaran 4-6 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan perairan utara Kepulauan Natuna.

Baca Selengkapnya

BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter, Terutama di Perairan Natuna

10 Februari 2024

BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter, Terutama di Perairan Natuna

BMKG mengeluarkan peringatan gelombang tinggi hingga 4 meter, terutama di lautan Natuna.

Baca Selengkapnya

Soal Laut Natuna Utara, Anies Sebut Kapal Ikan Asing Dikawal Kapal Sipil Bersenjata

20 Januari 2024

Soal Laut Natuna Utara, Anies Sebut Kapal Ikan Asing Dikawal Kapal Sipil Bersenjata

Anies mengatakan kedaulatan wilayah Indonesia harus dijaga.

Baca Selengkapnya

Cerita 170 Orang Natuna Mengungsi akibat Tanah Longsor

14 Januari 2024

Cerita 170 Orang Natuna Mengungsi akibat Tanah Longsor

Sebanyak 170 orang warga Pulau Serasan, di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau masih mengungsi di hunian tetap (Huntap) di daerah itu akibat longsor.

Baca Selengkapnya

BMKG: Waspada Gelombang Tinggi Laut hingga 4 Meter Hari Ini dan Besok

31 Desember 2023

BMKG: Waspada Gelombang Tinggi Laut hingga 4 Meter Hari Ini dan Besok

BMKG mengimbau masyarakat mewaspadai gelombang tinggi hingga 4 meter di beberapa wilayah perairan Indonesia pada 31 Desember 2023-1 Januari 2024.

Baca Selengkapnya