Rusuh Jayapura, Kapolri Tito Karnavian: 400 Orang Ditahan
Reporter
Andita Rahma
Editor
Juli Hantoro
Selasa, 24 September 2019 16:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menyebut sudah ada 400 orang yang ditahan oleh pihaknya terkait aksi unjuk rusuh berakhir ricuh di Kota Jayapura, Papua pada Senin,23 September 2019.
"Dari 400 ini akan diseleksi, mana yang tersangka mana yang bukan," ujar Tito di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat pada Selasa, 24 September 2019.
Tito berjanji akan melepaskan mereka yang terbukti tidak bersalah. Namun, ia tetap mengimbau kepada masyarakat Papua untuk tidak mudah terprovokasi oleh berita bohong atau hoaks di media sosial.
Aksi unjuk rasa di Jayapura berawal ketika ratusan mahasiswa eksodus-sebutan untuk mahasiswa Papua yang pulang dari tempat belajarnya di luar Papua- menduduki Universitas Cenderawasih untuk membuat posko penampungan.
Namun polisi mengklaim hal itu ditolak pihak rektorat dan mahasiswa Universitas Cenderawasih. Sebab, dinilai mengganggu proses belajar mengajar.
Pihak rektorat pun memanggil personel kepolisian untuk membubarkan kerumunan mahasiswa eksodus tersebut. "Rektorat langsung hubungi Kapolda Papua, Kapolda Papua langsung kirim pasukan untuk negosiasi," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di hari yang sama.
Usai bernegosiasi, kata Dedi, mahasiswa eksodus tersebut sepakat untuk meninggalkan area kampus dan kembali ke Taman Budaya Ekspo Waena, Jayapura. Mereka pulang menggunakan kendaraan TNI-Polri.
Selama di perjalanan situasi berlangsung cukup kondusif. Namun sesampainya di Taman Budaya Ekspo Waena, mahasiswa secara tiba-tiba menyerang aparat TNI-Polri yang mengantar mereka.
Dari penyerangan dadakan tersebut, satu anggota TNI tewas terkena bacokan di bagian kepalanya. Melihat situasi ricuh, petugas langsung mengeluarkan tembakan.
"Aparat mengambil tindakan sesuai dengan Perkap 1 tahun 2009 dan Perkap 7 tahun 2009 melakukan tindakan untuk melumpuhkan para mahasiswa yang sangat anarkis," kata Dedi.
Akibat dari tindakan tersebut, tiga orang diduga mahasiswa Papua meninggal dunia, sedangkan 20 orang luka-luka.