Kemah Budaya Kaum Muda, Ajak Kaum Muda Majukan Budaya
Rabu, 29 Mei 2019 20:18 WIB
INFO NASIONAL – Jika berbicara tentang budaya, selalu identik dengan kalangan tua, dengan tesis dan tulisan ilmiah panjang, yang dibahas agak mengawang-awang dalam seminar yang relatif membosankan. Sementara, anak muda dianggap tidak peduli terhadap pemajuan budaya bangsa sendiri dan lebih asyik dengan produk budaya asing yang lebih populer dan menarik bagi mereka. Namun, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid, punya pendapat berbeda.
“Cara anak-anak muda menanggapi budaya berbeda, bukan lagi menulis buku. Cara peduli budaya sekarang bergeser. (Penyampaian) lebih cepat, dan apa yang dinilai relevan buat mereka, itu yang diangkat,” kata Hilmar Farid, dalam acara Dialog Kemah Budaya, Generasi Penerus yang Berbudaya, yang digelar oleh Tempo bekerja sama dengan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, 29 Juli 2019.
Sayangnya, ruang bicara bagi anak muda di bidang kebudayaan sangat sedikit. Untuk memberi ruang di bidang budaya bagi anak-anak muda usia 18 sampai 28 tahun, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud mengadakan program Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM).
Acara kemah budaya ini akan digelar pada 21–25 Juli 2019 di Kawasan Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara akan diikuti oleh sekitar 650 yang terhimpun dalam 130 kelompok. Dalam satu kelompok, terdiri dari 3–5 orang. Sejak dibuka pendaftaran pada Mei 2019, hingga tanggal 28 Mei 2019 pukul 12.00 WIB, jumlah peserta yang sudah mendaftar sebanyak 72 kelompok.
Hilmar menjelaskan, Kemah Budaya Kaum Muda ini merupakan platform kerja budaya yang menghimpun kaum muda yang berusia antara 18–28 tahun untuk menjawab berbagai tantangan pemajuan kebudayaan dengan memanfaatkan kekayaan wawasan di bidang Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM) dan revolusi industri 4.0.
Ruang bicara bagi anak muda ini terbagi dalam dua kategori utama, yaitu kategori purwarupa dan kategori aktivasi (inisiatif sosial). Kategori purwarupa dibagi dua, yaitu Purwarupa Aplikasi yang berbentuk aplikasi digital dan memiliki tujuan memajukan kebudayaan, dan Purwarupa Fisik yang berbentuk fisik dan memiliki tujuan memajukan kebudayaan.
Sedangkan kategori aktivasi, yaitu kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam upaya pemajuan kebudayaan, serta aktivasi kajian, yaitu kegiatan pendataan dan pengkajian yang melibatkan masyarakat dalam upaya pemajuan kebudayaan.
Ide aplikasi atau kegiatan kebudayaan bisa saja berupa hal-hal yang sederhana. Seperti misalnya, kata Hilmar, inisiasi kegiatan yang bisa memicu masyarakat untuk menghidupkan budaya agar tidak membuang sampah sembarangan.
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan KBKM. Pertama, meningkatkan pemanfaatan berbagai aspek revolusi industri 4.0 dalam pemajuan kebudayaan. Kedua, meningkatkan kontribusi berbagai capaian terbaru dalam STEAM dalam pemajuan kebudayaan. Ketiga, meningkatkan peran kepeloporan angkatan muda dalam pemajuan kebudayaan, dan keempat meningkatkan kerja sama lintas kementerian dan lembaga, pemerintah pusat dan daerah, serta pihak swasta dalam pemajuan kebudayaan. “Yang terakhir, mencari solusi atas Daftar Masalah Umum (DMU) Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD),” kata Hilmar.
Dari KBKM ini akan muncul 12 inisiatif budaya kaum muda yang memecahkan berbagai masalah dari daftar DMU PPKD. “Dengan demikian, keluaran KBKM adalah untuk mendukung pemajuan kebudayaan,” ujar Hilmar.
Jadi, setelah ajang kemah budaya, akan ada tahap pascakegiatan yang akan menitikberatkan pada realisasi kerja dan presentasi pengembangan pada Pekan Kebudayaan Nasional 2019.
Direktur tempo.co Tomi Aryanto, menyatakan kegembiraannya karena dapat mendukung kegiatan pemajuan budaya yang dilakukan oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud. Menurutnya, Tempo sangat terbuka untuk membantu berbagai program dari Ditjen Kebudayaan Kemendikbud. “Kami bergembira, kita bisa bekerja sama, kami bisa berkontribusi bagi kemajuan kebudayaan,” ujar Tomi.
Acara yang digelar di lantai 8 Gedung Tempo Palmerah Jakarta itu juga menghadirkan co-founder Ngopi Jakarta (Ngojak), Novita Anggraini, salah satu komunitas kaum muda yang peduli pada budaya bangsa. (*)